Humaniora

Sering Menelan Korban, Ini Mitos Keganasan Selat Bali

Pelabuhan Gilimanuk (Bali) sangat strategis. Ini merupakan penyeberangan yang padat, karena menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Bali. Dalam pandangan penduduk setempat, terdapat mitos yang bernilai mistis. Itu yang menjadi alasan, mengapa ketenangan dan besarnya ombak di Selat Bali sering ditafsir sebagai sasmita gaib.

Di bulan Juni, Juli, hingga akhir tahun, gelombang Selat Bali amat tinggi. Pertemuan arus yang terjadi di selat ini selain menimbulkan gelombang besar, juga terjadi pusaran arus di bawah laut yang acap membingungkan pelayaran.

Hampir saban tahun, di bulan-bulan itu, banyak terjadi kecelakaan laut di selat ini. Korban berjatuhan. Dari puluhan hingga ratusan nyawa melayang. Dengan mayat ada yang ditemukan, dan sebagian lagi sirna tak tahu rimbanya.

Dalam legenda, Pulau Jawa dan Pulau Bali adalah satu. Pulau ini terpisah, dipercaya akibat kisah Manik Angeran. Dia anak dari Brahmana Sidi Mantra yang gila judi. Bagaimana kisahnya?

Pada zaman dulu di Kerajaan Daha hidup seorang brahmana yang benama Sidi Mantra. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya seorang isteri yang cantik dan harta benda. Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka mendapat seorang anak yang mereka namai Manik Angkeran.

Meskipun Manik Angeran pemuda gagah dan pandai, namun dia mempunyai sifat yang kurang baik. Dia suka berjudi. Celakanya sering kalah, hingga harta kekayaan orang tuanya ludes. Juga masih berhutang pada orang lain.

Suatu ketika, dia tidak dapat membayar hutang. Manik Angkeran pun minta bantuan ayahnya. Sidi Mantra menolongnya. Dia berpuasa dan berdoa minta pertolongan dewa-dewa.

Tiba-tiba dia mendengar suara, "Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau mernberi sedikit dari hartanya."

Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung dengan mengatasi berbagai rintangan. Sampai di tepi kawah Gunung Agung, dia duduk bersila. Sambil membunyikan genta dia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih. Tidak lama naga itu pun keluar.

Setelah mendengar maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra bermohon diri. Semua harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran. Harapannya, sang anak tidak berjudi lagi.

Tapi itu tidak diindahkan Manik Angkeran. Dia tetap berjudi, dan terus kalah lagi. Harta itu habis untuk taruhan. Dan Sidi Mantra tidak mau legi membantu anaknya.

Karena kebingungan, suatu hari Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung Agung. Manik Angkeran tahu kalau ke sana dia harus membawa genta. Maka saata ayahnya tidur, genta itu dicurinya.

Manik Angkeran menuju kawah Gunung Agung. Dia membunyikan gentanya. Naga Besukih keluar menemuinya, dan memberinyaa harta.

Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata yang berserak dihadapannya. Dia pun punya niat jahat untuk menguasai harta itu. Waktu naga itu hendak kembali ke sarang, dengan secepat kilat dipotongnya ekor sang naga.

Setelah itu Manik Angkeran melarikan diri dan tidak terkejar sang naga. Tetapi karena kesaktian naga ini, maka Manik Angkeran celaka. Tubuhnya terbakar jadi abu saat jejaknya dijilat sang naga.

Mendengar kernatian anaknya, Sidi Mantra sedih. Ia datang ke Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dihidupkan kembali. Naga menyanggupinya asal ekornya dapat kembali seperti sediakala.

Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor naga. Manik Angkeran pun dihidupkan kembali. Dia minta maaf dan berjanji menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu anaknya sudah bertobat. Tapi takdir harus memisahkan mereka. Mereka tidak lagi boleh hidup bersama.

"Kamu harus mulai hidup baru, tetapi tidak di tanah sini," kata Sidi.

Dalam sekejap dia hilang. Di tempatnya berdiri, timbul sumber air yang makin lama makin besar hingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis pernisah. Itu yang sekarang disebut Pulau Jawa dan Pulau Bali yang terbelah Selat Bali.

Memang ini hanya mitos. Tapi dari legenda-legenda itu bisa memperkaya khasanah wisata budaya kita. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar