Humaniora

Ternyata Barongsai Itu Dibakar di Hari Ke-15 Imlek

Barongsai memang tak terpisahkan dengan perayaan Imlek. Tapi ada yang unik. Hari ke-15 setelah itu, Barongsai yang digunakan dalam perayaan Imlek harus dibakar. Itu karena diyakini, ada makhluk yang menempel (bersatu) di kepala Barongsai. Untuk Liong, biasanya dibuang ke laut.

Pelukis Hansen C. keturunan Dayak-Cina yang lama tinggal di Taipei-Taiwan menyebut, Tahun Baru Imlek bukanlah kegiatan keagamaan. Dan ini perlu diluruskan, katanya.

"Ini perlu diluruskan karena di Indonesia banyak orang menyangka perayaan Imlek adalah perayaan keagamaan. Perayaan Tahun Baru Imlek itu perayaan rakyat, bukan perayaan keagamaan. Ini merupakan perayaan menyambut kedatangan tahun yang baru. Di Cina ada empat musim dan orang Cina mengawali tahun dengan musim semi (Chun). Untuk itu Tahun Baru Imlek disebut Chun Cie. Festival musim semi (Autum Festival).”

"Sebenarnya kita tidak pernah tahu sejak kapan warga Tionghoa mulai merayakan Tahun Baru Imlek ini. Tetapi sejak lebih kurang 5.000 tahun yang lalu sudah tercatat ada perayaan Imlek. Jadi, jauh sebelum agama Buddha masuk ke Cina dan sebelum filsuf Khong Hu Chu lahir, perayaan Imlek sudah berlangsung di Cina," jelasnya.

Yang menjadi persoalan, pemerintahan Cina sekarang memakai penanggalan Masehi. Di Indonesia orang-orang mengira Imlek adalah tahun kelahiran Khong Hu Chu. Padahal penanggalan Khong Hu Chu berdiri sendiri. Tidak ada hubungan dengan Tahun Baru Imlek.

Memang, tambahnya, orang Cina pada setiap Imlek merayakannya dengan dilengkapi syukuran lewat agama mereka masing-masing. Namun karena latar belakang mereka adalah pertanian, maka mereka bersyukur telah melewati setiap musim dengan baik dan mendapatkan panen yang mencukupi. Saat yukuran seperti ini juga diikuti dengan pertunjukan Barongsai.

"Pada tahun baru ini mereka bersyukur dan memohon supaya pada tahun mendatang mereka bisa lebih baik, mereka mengawali tahun dengan musim semi.” sa/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar