Nusantara

Petani Sawit Program PSR Mulai Panen

JAMBI - Puluhan petani yang menjalankan program peremajaan sawit rakyat (PSR) di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, sudah mulai panen.

Kepala Dusun II Desa Sidomulyo, Kecamatan Gunung Megang, Muara Enim, Yudiansyah, mengatakan dirinya bersama puluhan petani di desanya sudah menjual hasil panen buah sawit usia tiga tahun atau lazim disebut buah pasir.

Harga buah pasir itu kini berkisar Rp 800-Rp 1.000 per kilogram, sementara tandan buah segar (TBS) berkisar Rp 1.700 - 1.800 per kilogram.

”Sudah banyak petani yang jual buah pasir, tapi ada juga petani yang belum mau jual atau masih belum memanennya,” kata dia, Sabtu 25 Juni 2022.

Aditya Wibihafsoro, petani sawit lainnya, mengatakan lantaran menggunakan bibit berkualitas membuat panen sudah bisa dilakukan kurang dari tiga tahun.

”Memang beda-beda, lahan saya pada Juni ini sudah bisa dipanen, tapi ada juga yang sudah panen sejak akhir tahun lalu, punya petani di desa ini juga,” jelasnya.

Ia bersama sekitar 50 petani sawit di kampungnya Desa Sidomulyo mengikuti program PSR pada 2018, dengan diberikan alokasi maksimal dua hektare tiap petani.

Dalam satu hektare, setidaknya dibutuhkan 135 batang bibit sawit dengan biaya total peremajaan Rp 25 juta yang disubsidi pemerintah.

Syarat yang diwajibkan pemerintah yakni lahan tersebut merupakan milik sendiri yang dibuktikan dengan surat kepemilikan (sertifikat lahan).

Saat ini, harga sawit di tingkat pengepul mencapai Rp 3.000 per kilogram, setelah sempat anjlok di kisaran Rp 800 per kilogram pada 2018.

Sebagian besar petani lebih suka menjual ke pengepul dibandingkan ke pabrik pengolahan CPO karena ingin mendapatkan pelunasan pembayaran.

Jika ke pabrik, maka pembayaran diatur berdasarkan termin yakni tiap dua pekan atau tiap empat pekan.

Selain itu, jika menjual ke pabrik, maka akan menambah biaya transportasi sekitar Rp 250 per kilogram karena petani harus mengantarkannya sendiri.

Fungsional Analis Prasarana dan Sarana Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan Rudi Arpian mengatakan bukan hanya petani di Muara Enim yang merasakan manfaat dari PSR tapi juga petani di Musi Banyuasin.

Petani Muba yang mengikuti program peremajaan lahan sawit sejak 2017 sudah panen pada 2020 karena menggunakan bibit yang berkualitas.

”Usia tanaman menghasilkan sudah berproduksi lebih awal dari yang ditargetkan, dari semula 38 bulan tetapi saat usia 27 bulan sudah produksi,” kata dia.

Muba sejauh ini menjadi daerah yang mampu merealisasikan program PSR terluas di Indonesia dengan mencapai 14.919 hektare.

”Dari total luas tersebut, lahan seluas 4.446 hektare di antaranya sudah berproduksi,” kata dia.

Karena keberhasilan itu, Pemprov Sumsel mengajukan bantuan program peremajaan sawit rakyat (PSR) ke Kementerian Pertanian seluas 18,5 ribu hektare pada 2022 atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 13 ribu hektare.

Usulan ini berdasarkan permintaan dari koperasi dan gabungan kelompok tani di tujuh kabupaten/kota Sumsel.

Untuk diketahui ke-7 kabupaten/kota itu meliputi, Banyuasin (1.000 hektare), Ogan Komering Ulu (1.000 hektare), Musi Rawas (1.401 hektare), Muara Enim (1.671 hektare), Lahat (1.800 hektare), Musi Rawas Utara (649 hektare), dan Ogan Komering Ilir (11.050 hektare) (*)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar