Nusantara

Mengenal Virus Covid-19 Varian Delta, Begini Penjelasan Dokter Spesialis Pernapasan Eka Hospital

Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Eka Hospital Pekanbaru, dr Indra Yovi

PEKANBARU - Tren kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat sejak akhir Mei 2020. Tidak hanya itu, saat ini covid-19 disertai munculnya virus corona varian Delta. Virus corona varian Delta memiliki nama kode B.1.617.2 dan pertama kali terdeteksi di India pada akhir 2020. 

Penelitian menunjukan bahwa varian delta dikaitkan dengan risiko penularan yang diperkirakan 60% lebih tinggi daripada varian alfa, yang sudah jauh lebih menular daripada versi asli virus. Jumlah kasus rawat inap pun meningkat akibat varian ini, tak terkecuali di Indonesia. 

Sebagian orang mungkin masih asing dengan Delta Covid-19. Apakah gejalanya sama dengan virus varian pertama?

Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Eka Hospital Pekanbaru, dr. Indra Yovi, SpP, mengatakan, transmisi varian delta 60% lebih tinggi dari varian alfa.

Varian delta menghasilkan penyakit lebih berat. Diketahui efektivitas vaksin terhadap varian delta ini lebih rendah dalam mencegah Covid-19 bergejala. Satu dosis vaksin AZ atau prizer hanya 33 efektif tehadap delta (50% terhadap alfa), sedangkan 2 dosis vaksin AZ 60% efektif terhadap delta.

"Virus bisa menular dengan beberapa cara, antara lain droplet, sehingga  sangat ditekankan dalam penggunaan masker. Kemudian udara (aerosol), sehingga sangat disarankan untuk melakukan kegiatan seperti rapat di dalam ruangan terbuka dan tetap menggunakan masker. Selanjutnya fomit, sehingga sangat ditekankan untuk pentingnya melakukan cuci tangan," kata Yovi. 

Dia menjelaskan, gejala Covid-19 varian delta sangat bervariasi, mulai dari gejala yang ringan hingga yang 
kritis. 

Gejala ringan berupa demam, batuk, nyeri tenggorokan, anoreksia, dan sakit kepala. Gejala sedang, meliputi gejala pneumonia (demam, batuk, sesak nafas, nafas cepat). Dan gejala berat seperti demam ditambah salah satu dari frekuensi nafas >30x/menit, distres pernafasan, saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen.

dr Yovi mengatakan, Swab PCR menjadi cara untuk mengetahui kondisi kesehatan terkait Covid-19. Dan waktu yang tepat untuk memeriksakan diri adalah saat setelah kontak erat dengan pasien covid-19 serta setelah timbul gejala. 

Dia mengatakan, menjaga daya tahan tubuh sangat penting bagi tubuh mencegah berbagai penyakit, terutama di masa pandemi Covid-19. Mengonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral dapat membantu kita untuk tetap sehat melawan virus dan bakteri pembawa penyakit. 

"Vitamin yang bermanfaat untuk meningkatkan imun tubuh pertama vitamin C dan D. Kemudian dilanjutkan minum obat sesuai kondisi penyerta. Misalnya pasien memiliki hipertensi,maka konsumsi obat hipertensi dilanjutkan. Khusus bagi yang bergejala ringan bisa mengonsumsi obat antivirus (hanya dengan resep dokter), serta pengobatan sesuai gejala, misalnya demam maka boleh minum paracetamol," tambahnya. 

dr Yovi menjelaskan, menurut WHO, kasus ringan covid-19 varian delta, masa penyembuhannya adalah selama 2 sampai 3 minggu, sementara untuk kasus berat dan kritis berkisar antara 3 sampai 6 minggu.

"Seseorang yang sudah dinyatakan sembuh dari covid- 19 tidak akan menularkan covid- 19 lagi ke orang lain. Akan tetapi bagi seseorang yang sudah dinyatakan sembuh dari covid 19 tetap punya risiko kecil kembali tertular. Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah terdapat kekebalan terhadap covid-19 sehingga penting untuk tetap menjalankan protokol kesehatan walaupun sudah sembuh," jelasnya. (Bayu)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar