Humaniora

Tragedi Setan (73) : At-Tawwasin Itu Gagasan Kritis Al-Hallaj

Dalam beberapa penjelasan Al-Baqli senantiasa menolak untuk membahas titik paradoks pada inti dari ajaran-ajaran Al-Hallaj. Dalam At-Tawwasin, tidak ada kesalahan moral yang dianggap berasal dari Iblis, sebagaimana yang diingatkan Al-Baqli.

Demikian juga Iblis tidak digambarkan sebagai penipu yang berhati kotor yang memutarbalikkan situasi tragis dalam upaya mengambil hati terhadap manusia.

Iblis, seperti yang digambarkan dalam Tawwasin, adalah sebuah figur syuhada yang bernasib tragis. Yang selain pengajarannya berdedikasi, monoteismenya yang sempurna dan kesetiaannya yang abadi, juga mengalami kehancuran di tangan Allah yang kepada-Nya dia menyembah dengan penuh cinta.

Dia diperhatikan,"Engkau tidak sujud,wahai makhluk yang hina?' Dia (Iblis) menjawab,"Engkau berkata 'Makhluk yang hina' tetapi aku membaca dalam buku kebenaran yang akan terjadi kepadaku, wahai Yang Maha Kuasa,Tuhan Yang Maha Setia?

Bagaimana aku dapat merendahkan diriku dihadapannya? Engkau menciptakan aku dari api dan Engkau menciptakan dia dari tanah. Itu adalah hal yang berlawanan yang tidak akan pernah cocok.

Aku lebih lama dalam beribadah, lebih luas dalam kebajikan, lebih terampil dalam ilmu pengetahuan, dan lebih sempurna dalam cara mengatur kehidupanku."

Allah berkata kepadanya,"Pilihan adalah kekuasaan-Ku, bukan milikmu."

Dia menjawab,"Semua pilihan, termasuk pilihanku, adalah kepunyaan-MU. Engkau telah menentukan pilihan untukku, wahai Sang Pencipta. Jika Engkau telah mencegah aku untuk tidak bersujud kepadanya, Engkau adalah Yang Maha Mencegah.

Jika aku telah berbuat dosa dalam perkataanku, Engkau tidak meninggalkan aku, karena Engkau Maha Mendengar Segalanya. Jika Engkau berkehendak bahwa aku bersujud kepadanya,aku akan menjadi hamba yang taat. Aku tahu tak seorang pun di antara orang-orang yang telah mencapai ma'rifat yang mengetahui Engkau lebih baik dari pada aku!."

Iblis adalah seorang syuhada bagi Allah yang transenden yang bentuknya tidak dapat dibayangkan oleh ruh yang diciptakan. Al-Hallaj menggambarkan realisme yang tak dapat diduga ini sebagai serangkaian empat lingkaran.

Yang pertama adalah lingkaran kehendak Allah; yang kedua adalah hikmah-Nya; yang ketiga adalah kemahakuasaan-Nya; yang keempat adalah pengetahuan-Nya yang abadi.

Tidaklah mungkin bagi Iblis untuk melewati lingkaran-lingkaran ini tanpa cedera. Apabila dia telah melewati lingkaran yang pertama, dia akan mendapatkan ujian dalam lingkaran yang kedua. Ketika dia sedang berjuang untuk melewati lingkaran yang kedua, maka lingkaran yang ketiga akan menunggunya, dan seterusnya melalui seluruh lingkaran yang menciptakan rencana Allah yang sudah ditakdirkan sebelumnya.

Jika aku belajar bahwa bersujud akan menyelamatkan aku, maka aku akan bersujud. Namun aku belajar, bahwa di luar lingkaran itu terdapat lingkaran-lingkaran yang lain. Dan aku berkata kepada diriku sendiri,"Aku telah diberi keselamatan dari lingkaran ini, bagaimana aku terlepas dari kedua ? Yang ketiga? Atau yang keempat?"

Al-Baqli dalam penjelasannya merujuk pada sebuah penjelasan tambahan oleh Al-Hallaj tentang pergulatan Iblis dengan lingkaran-lingkaran kekuasaan Allah ini :

Dari ilmu tentang kehendak, hikmah, kemahakuasaan, dan ilmu yang aku pelajari, balasanku adalah aku terusir. Apakah aku bersujud atau tidak,aku telah memahami maksud Allah. Dalam lembaran kehendak Allah yang telah aku baca,"Iblis adalah seorang yang ingkar."

Pada lembaran hikmah yang telah aku baca,"Iblis terkutuk." Pada gulungan kemahakuasaan yang telah aku baca,"Iblis dibuang." Dan dalam buku-buku yang telah aku baca,"Iblis tertutup hatinya."

Jika dari lingkaran pertama aku menemukan jalan keluar, aku akan menerima ujian dalam cara yang sama seperti dalam lingkaran-lingkaran yang lain. Karena Dia adalah Yang Berkuasa atas hamba-hamba-Nya.

Bersujud tidak memberikan keuntungan apa pun."Pena telah kering berkenaan dengan apa yang akan Dia ciptakan,selamanya." (jss/bersambung)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar