Humaniora

Tragedi Setan (66) : Ada Sekelompok Iblis Membaca Al Qur'an

Penekanan Iblis yang disampaikan Ibn'Arabi ini adalah, bahwa dari suatu kekuatan jahat, kekuasaannya telah dinetralkan dan dihentikan untuk sementara waktu, karena kekuasaan Allah yang diwujudkan melalui pribadi Muhammad.

Ada beberapa kesamaan dengan cerita-cerita yang lebih pendek dimana Iblis berlaku sebagai pengajar-syekh; namun di sini keterpaksaan jauh lebih kelihatan.

Iblis tidak akan mengajarkan tentang aktivitas-aktivitasnya dalam kehidupan manusia karena kemauannya, melainkan karena terpaksa. Dia kelihatannya sangat tidak suka, karena hanya sedikit yang dapat dilakukan ketika kekuatan spiritual nabi-orang suci muncul dengan sendirinya.

Penurunan derajat dan manipulasi terhadap karakter Iblis yang tunduk kepada para nabi dan orang-orang mistik mencapai suatu titik yang tinggi dalam cerita-cerita dimana Iblis dijadikan obyek kelucuan yang sinis.

Rumi memberikan sebuah contoh dalam ceritanya tentang perempuan tua renta yang berhasil mengalahkan perbuatan-perbuatan buruknya dengan perbuatan-perbuatan yang memalukan; Iblis terheran-heran, agak terkejut, terhadap kecerdikannya :

Karena perempuan tua renta ingin menikah, perempuan yang bernafsu itu mencabut alis matanya sampai bersih. Kemudian perempuan tua itu meletakkan cermin di depan wajahnya, untuk menghiasi pipi, wajah dan bibirnya.

Dengan bernafsu dia memoles wajahnya dengan pemerah pipi beberapa kali. Namun kerutan di wajahnya tidak juga menjadi lebih tidak kelihatan, sehingga perempuan tua yang buruk rupa itu mulai memotong-motong sebagian dari Al-Qur'an.

Dan dia menempelkan potongan-potongan kertas tadi ke wajahnya sehingga kerutan-kerutan di wajahnya menjadi tidak kelihatan. Dan dia seolah-olah menjadi batu permata dalam cincin wanita cantik.

Dia tetap meletakkan potongan-potongan kecil di seluruh wajahnya, tetapi ketika dia meletakkan penutupnya, potongan-potongan itu berjatuhan. Kemudian dia menempelkan kembali potongan-potongan itu dengan air ludah, di seluruh wajahnya. Batu permata itu akan memasangkan penutup kembali pada tempatnya, dan potongan-potongan kertas itu akan berjatuhan ke tanah lepas dari wajahnya.

Karena dia mencoba beberapa cara yang berbeda dan potongan-potongan kertas itu masih saja berjatuhan dia berteriak,"Seratus kutukan untuk Iblis!"

Tak lama kemudian Iblis datang dan berkata,"Wahai pelacur tua yang malang. Di dalam seluruh hidupku aku tidak pernah merenungkan hal ini ! Aku tidak pernah melihat ini dilakukan oleh pelacur mana pun selain engkau.

Engkau telah menabur benih dalam lahan perbuatan yang memalukan. Engkau tidak menyisakan satu Al-Qur'an pun di dunia. Engkaulah seratus Iblis, tentara di atas tentara. Tinggalkan aku sendiri, wahai perempuan tua !"

Iblis barangkali paling konyol dalam cerita-cerita dimana dia secara tak sengaja terusir oleh karena sikap tanpa dosa dari seorang yang suci. Cerita seperti itu antara lain adalah cerita dari AL-Mayhani di mana Iblis ditemukan di tengah-tengah sebuah pertempuran antara Arab dan Bizantium.

"Apa yang sedang engkau lakukan di sini ?" seorang tentara bertanya. Iblis menjelaskan bahwa dia sedang melewati Mayhana ketika Abu Sa'id sedang pulang ke rumahnya dari masjid.

Ketika Iblis lewat Abu Sa'id bersin dan bersinnya itu membuat Iblis terlempar sampai ke daerah Bizantiun. Dalam cara yang sama, 'Attar menceritakan saat Iblis terlempar karena batuknya Muhammad Ibnu Aslam At-Tusi ketika dia berwudhu.

Akibatnya Iblis terlihat terjatuh ke bumi di sebuah daerah yang asing baginya. Kejadian yang paling kocak barangkali adalah ketika Iblis merasa frustrasi karena dia tidak dapat melakukan apa pun selain melompat-lompat pada saat kotoran menutupi kepalanya.

Namun ada hal yang cukup membahayakan, karena pengaruh cerita-cerita yang bersifat mengejek ini, apabila Iblis diperlakukan sebagai badut yang konyol.

Rumi cepat-cepat menghilangkan pandangan yang seperti demikian, sekalipun, sebagamana yang telah kita lihat, dia ikut serta membuat kelucuan pada Iblis. Superioritas spiritual dari keimanannya, menurut Rumi, bukanlah sebuah hak alamiah umat manusia, melainkan sebuah anugerah dari Allah.

Oleh karena itu, anugerah-anugerah spiritual yang diterima tanpa usaha yang keras semestinya tidak akan meningkatkan kepuasan diri dan perasaan superioritas.

Walaupun Iblis telah tenggelam dalam kerendahan, kita tidak boleh mengabaikan ketinggian Iblis sebelumnya dalam pandangan Allah. Dan jangan pula semata-mata menganggap bahwa hanya melalui kemurahan hati Allah kita akan terhindar dari nasib yang sama seperti Iblis.

Pada suatu hari Adam memandang Iblis dengan kehinaan dan pandangan yang merendahkan. Dia memperlihatkan kesombongan dan kecongkakan. Dia tertawa melihat kesulitan yang dihadapi Iblis yang terkutuk.

Allah memperingatinya dengan bergemuruh,"Wahai, hamba yang bijak, apakah engkau tidak menyadari rahasia yang tersembunyi ?

Ketika Dia mengubah semua yang tumbuh menjadi terbalik, Dia akan membelah gunung akar dan dasar-dasarnya. Pada saat itu Dia akan melepaskan selubung dari seratus Adam, dan melahirkan seratus Iblis yang masuk agama Islam."

Adam menangis, "Aku memohon ampun atas apa yang terllihat ! Aku tidak akan pernah lagi memikirkan hal-hal yang sombong seperti demikian."

Memperolok-olok Iblis atau melihat dia dengan kehinaan harus ada batasnya; mengabaikan kemuliaan tragis kepribadiannya berarti menyalahgunakan dia dan, secara ironis, menyebabkan penonjolan diri yang sombong seperti dia yang menyebabkan kejatuhannya sendiri.

"Iblis", menurut 'Attar, merupakan "korban" Allah. Karena itu, tidaklah layak melemparkan batu terhadap korban Allah.

Dalam selubung yang sama, sira dari Ibnu Khalif menceritakan bahwa Abud-Dahhak pernah berdiskusi dengan Iblis di mana selama diskusi itu Iblis mengucapkan ayat-ayat suci.

Terjebak dengan kelancangan Iblis, Abud-Dahhak lalu memukulnya. Kemudian ketika dalam perjalanan pulang ke Mekkah, dia sampai pada sebuah sungai berarus deras yang harus dia seberangi.

Dia ragu-ragu, tidak yakin apakah sungai itu dangkal atau tidak. Segera setelah itu seorang tua lewat, dan, tanpa berpikir panjang, berjalan ke dalam sungai itu dan menyeberanginya dengan mudah.

Abud-Dahhak berkata kepada dirinya sendiri bahwa dia juga dapat melakukan hal yang sama seperti orang tua tadi, sehingga dia meloncat ke dalam sungai. Belum sampai ke tengah sungai, air sungai lebih dalam dari dirinya.

Allah melihat hamba-Nya dengan penuh kasih sayang dan Abud-Dahhak mampu berjuang untuk menyelamatkan dirinya sampai ke tepi sungai yang lain. Di seberang dia mendapatkan si orang tua tadi menunggunya.

"Menyesalkah engkau," dia bertanya kepada Abud-Dahhak," sehingga pada hari kiamat engkau tidak lagi melewati pengadilan terhadapku?"

Al-Hujwiri juga tetap memelihara kesadaran akan tragedi yang senantiasa ada yang digambarkan dengan kehidupan Iblis, dan juga mengakui sebagai sebuah kekuatan yang mampu menyebabkan manusia pada kerusakan. Cerita yang dia kisahkan ditujukan bagi Abul-Harits Al-Bunani :

Aku sangat setia dalam kehadiranku pada kelompok pertemuan agama, ketika pada suatu malam seseorang datang ke pertapaanku dan berkata,"Sekelompok orang-orang yang mengharapkan singgasana Allah Yang Maha Tinggi telah terbentuk, dan mereka menunggu kehadiran anda, jika anda berkenan...".

Abul-Harits menemani orang asing itu sampai mereka tiba di tempat di mana kelompok itu telah berkumpul. Para pengikut pertemuan itu menyambut dengan hangat kedatangan orang baru. Pemimpin kelompok, seorang tua, berdiri dari lingkaran dan mendatangi Abul-Harith :

"Jika anda berkenan, beberapa ayat akan dibacakan. "

Aku menyetujuinya. Dua orang dengan suara yang sangat indah mulai membacakan ayat-ayat yang syairnya tersusun dan mengisahkan tentang perceraian.

Semua yang hadir bangkit, terbawa dalam kegairahan spiritual. Melantunkan nyanyian-nyanyian yang indah sambil mereka melakukan gerakan-gerakan yang anggun.

Aku terus-menerus dalam ketakjuban terhadap keadaan yang kulihat ini. Kegairahan spiritual mereka berlangsung hingga mendekati pagi hari, yang setelah itu si orang tua tadi mendatangiku.

"Wahai syekh, apakah anda tidak ingin bertanya kepada saya,"Siapa engkau? Dan kelompok ini, Siapakah mereka ?"

Aku menjawab,"kesenanganku akan kehadiran engkau telah membuatku enggan bertanya."

Dia kemudian berkata, bahwa dia Iblis yang terkutuk dan kelompok ini adalah keturunannya. "Ada dua keuntungan yang aku dapatkan dengan pertemuan ini dan peragaan musik tadi. Pertama adalah bahwa aku meratapi rasa sakit dari perpisahanku dan hari-hariku sebelumnya yang penuh dengan kemuliaan. Yang kedua adalah, bahwa aku menggoda orang-orang yang saleh dari Jalan Spiritual dan melemparkan mereka ke dalam dosa." (jss/bersambung)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar