Politik

Mahathir Mohamad : Perang Dagang Megatrend Mengkhawatirkan

BALI-Malaysia prihatin atas perang dagang yang melibatkan negara-negara besar. Sebab perang itu tidak akan menguntungkan negara bersangkutan serta seluruh dunia.

Itu dikatakan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad saat di Bali. Dia datang ke Indonesia untuk acara Pertemuan Pemimpin ASEAN.

Menurut Mahathir, megatrend yang melibatkan perang dagang antara negara-negara besar itu samgat mengkhawatirkan.

"Karena Malaysia adalah negara perdagangan, membutuhkan stabilitas di pasar dunia. Dan jika itu dirusak, tentu saja negara akan menderita," katanya.

“Untuk alasan ini, kita semua harus menyelesaikan semua masalah. Bukan melalui perang dalam bentuk apa pun, tetapi melalui negosiasi, arbitrasi dan beralih ke pengadilan dunia,” tambahnya.

Pada KTT Asean itu Dr Mahathir mengucapkan selamat tinggal pada kelompok yang terdiri dari 10 anggota, ketika dia mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 2003.

Dan kunjungan ke Indonesia ini merupakan kunjungan kedua Dr. Mahathir sejak kembali menjadi perdana menteri setelah pemilihan umum bersejarah Malaysia pada bulan Mei.

Dalam pidatonya, dia mengatakan, ingin melihat Asean mengambil peran yang lebih besar dari sebelumnya.

“Saya mengandalkan rekan Asean saya untuk bekerja sama mencapai target SDG untuk masing-masing negara kami. Saya juga berharap untuk melihat dukungan baru dari IMF, Bank Dunia dan PBB, melalui berbagai agensi, untuk ASEAN dan untuk kawasan ini," tambahnya.

Menurutnya, Malaysia selalu sadar akan keberlangsungan pembangunannya.

“Memang benar kami telah menebang banyak pohon di hutan kami untuk menanam pohon kelapa sawit. Tetapi hari ini, kami telah berhenti karena kami merasa mungkin ada sumber pendapatan lain bagi kami.

“Pada saat yang sama, kami memastikan bahwa produksi minyak sawit mengikuti standar tertentu.

"Kami merasa bahwa kami berhutang ini kepada dunia dan kami berharap bahwa dunia akan menanggapi upaya kami," katanya.

Dr Mahathir juga merujuk pada upaya (Uni Eropa) untuk memberi label minyak sawit dari Malaysia sebagai tidak sesuai. “Tapi itu tidak sepenuhnya benar, karena minyak sawit telah dikonsumsi jutaan orang tanpa membahayakan.

“Faktanya, hutan Malaysia sangat lestari dengan 48% ditutupi hutan perawan. Kita menyerap banyak karbon monoksida dunia yang dihasilkan oleh orang lain”.

Menurutnya, Malaysia ingin bekerja dengan semua negara Asean lainnya dalam meningkatkan standar hidup, dan mau berbagi metode untuk mempertahankan perkembangan Malaysia.

"Kami berharap, bahwa kami akan dapat melakukan ini sambil memastikan pemulihan ekonomi, keuangan dan stabilitas negara kami," katanya. Sebab, tambahnya, Malaysia telah mengalami perubahan dalam pemerintahan setelah 61 tahun.

Malaysia juga dihadapkan dengan masalah yang diwariskan, kata Mahathir. Dan sekarang mencoba untuk menyelesaikan masalah yang mempengaruhi mesin keuangan dan administrasi.

Tetapi pemerintah baru, katanya, berkomitmen untuk program-program yang diselenggarakan oleh Asean.

Kelompok Asean itu adalah Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sedang Papua Nugini masih berstatus sebagai pengamat. Bernama/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar