Humaniora

Tragedi Setan (14) : Ini Perang Antara Dunia Roh dan Iblis

Konfrontasi pertama Iblis dengan manusia berakhir dengan bencana bagi Iblis. Pilihannya telah mengisolasi dirinya dari lingkungan kerabat malaikatnya, dan mencap dia sebagai pembelot, yang benar-benar layak mendapatkan kutukan Allah. Iblis diusir dari surga. Malah ada yang mengatakan, Iblis juga dibuang dari langit.

Para ahli tafsir tidak merasa pasti tentang tempat kediaman setelah pembuangannya. Ibnu Khatir percaya, Iblis dibuang ke bumi. Sementara At-Tabarsi memberikan lokasi tempat pembuangannya di tengah-tengah samudera, yang dari tempat itu Iblis melakukan penjarahan ke daratan dalam bentuk yang samar-samar, terutama dalam bentuk seorang pencuri. Dan tentu saja ada neraka, tempat hukuman akhir yang disiapkan bagi semua orang kafir. Inilah tempat kediaman Iblis yang sebenarnya.

Kesombongan Iblis menimbulkan suatu transformasi yang menyeluruh, baik secara internal maupun eksternal. Namanya juga berubah, dari 'Azazil menjadi Iblis. Dan sejak itu terjadi perubahan dalam karakter dan menunjuk pada kedalaman perubahan menjadi setan. Sifat buruknya terjadi dengan sendirinya, sekarang sebagai Ash-Ashaytan, setan. "Dan Dia (Allah) berfirman," Keluarlah dari surga! Karena sesungguhnya kamu terkutuk" (Al-Qur'an 15:34).

Iblis selanjutnya merupakan seorang paria (orang dengan kasta yang paling rendah) yang penuh dengan penjalaran sifat setan. Nasibnya sangat terhina, dikutuk dan diusir dengan kutukan keimanan.

Bayangan pengutukan bahkan tetap terlihat pada dataran kosmik. Sebab apabila seorang beriman melihat ke atas, ke langit pada malam hari, dan melihat bintang-bintang berkilat seakan-akan melintas angkasa, mereka sebenarnya sedang menyaksikan peperangan antara dunia roh dan Iblis.

Setiap saat Iblis dan para tentaranya menyerang langit untuk memastikan suatu pijakan di daerah kemegahan yang sebelumnya mereka kuasai. Dan para malaikat yang menghuninya menghujani mereka dengan meteorit. Iblis dan para pengikutnya sekali lagi ke tempat-tempat kegelapan yang lebih rendah derajatnya.

Ats-Tsa'labi merangkum beberapa aspek hukuman Iblis pada sepuluh tujuan : (1) Iblis kehilangan seluruh kekuasaannya. Dia tidak lagi menguasai bumi atau langit di atas bumi, dan dia tidak lagi ditugaskan sebagai penjaga surga. (2) Allah memerintahkan dia diusir dari lingkungan surga menuju ke bumi. (3) Bentuk Iblis mengalami degenerasi dari bentuk wujud kemalaikatan menjadi suatu wujud setan. (4) Perubahan-perubahan bathin maupun lahirnya memerlukan suatu perubahan nama. Dari nama 'Azazil yang beriman, menjadi lebih dikenal sebagai Iblis yang licik. (5) Allah menentukan dia sebagai pemimpin (imam) bagi kejahatan. (6) Iblis menanggung kutukan dari Allah sendiri. (7) Gnosis ketuhanan (ma'rifat) selamanya akan tetap di luar jangkauan Iblis. (8) Pintu ampunan terkunci baginya. (9) Dia adalah pemberontak abadi, yang tidak mempunyai kebaikan dan kasih sayang. (10) Melalui keabadiannya Iblis akan menjadi juru bicara bagi orang-orang yang akan menghuni api neraka.

Tidak cukup untuk mencatat hukuman-hukuman yang akan diderita Iblis. Catatan hadits cukup memadai untuk mengekspresikan kekuatan emosional dari kejatuhan Iblis yang tragis. Ilustrasi yang layak terliput dalam karya-karya Ad-Diyarbakri dan Ats-Tsa'labi, yang masing-masing menyoroti tonggak-tonggak konflik dalam kepribadian Iblis. Teks Ad-Diyarbakri menekankan kejahatan Iblis dan kekerasan hatinya. (bersambung/jss)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar