Humaniora

Dekat Pilpres, Ini Tanda Kemunculan Ratu Adil Itu

Sebentar lagi pilihan presiden (Pilpres). Hanya ada dua kandidat yang bakal memimpin negeri ini. Dalam kepercayaan Jawa, sosok yang bakal jadi itu disebut Satrio Piningit, yang ketika terpilih disebut Satrio Pinilih. Dialah yang juga disebut sebagai Ratu Adil.

Siapakah dia? Tidak perlu menyebut nama. Tapi dalam keyakinan Jawa, watak-watak di bawah inilah yang diyakini bakal jadi. Dia punya watak yang luar biasa, merupakan manusia pilihan Tuhan. Inilah tanda-tanda manusia yang bakal menjadi Presiden Republik Indonesia ke depan.

Ratu Adil tidak saja dimitoskan, namun juga sangat diharapkan kedatangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai masalah yang muncul dewasa ini membuat kerinduan tersendiri akan munculnya sosok ideal pemimpin yang bisa mengatasi keadaan.

Karena itu, tidak terlalu berlebihan jika Ratu Adil sering diidentifikasi dengan tokoh-tokoh tertentu. Ada pula yang menyebut sebagai Imam Mahdi. Adakah Ratu Adil itu suda muncul? Bagaimana tanda-tanda kemunculannya?

Ratu Adil (Herucakra) merupakan sebutan tokoh kharismatik ‘utusan Tuhan’ yang datang sebagai ‘juru selamat’. Dipercaya, Ratu Adil muncul atas nama Tuhan untuk menghukum orang-orang jahat. Bahkan, Ratu Adil diyakini mempunyai kekuatan gaib, sehingga dapat mewujudkan kembali masyarakat yang adil dan makmur, menggantikan keadaan yang serba kekurangan dan penuh kekacauan.

Dalam keadaan bangsa yang kian semrawut, memunculkan pertanyaan: siapa yang sanggup menyelamatkan bangsa ini.

Ramalan tentang munculnya Ratu Adil didasarkan atas tanda-tanda zaman yang terjadi. Prediksi yang sekarang masih sangat melekat dalam hati masyarakat (khususnya Jawa) adalah Jangka Jayabaya (Ramalan Sri Aji Jayabaya).

Ramalan yang lain tentang kedatangan Ratu Adil juga disinggung dalam serat Sabdo Palon, Jaka Lodang dan Kalatidha, karya pujangga kondang Raden Ngabehi Ronggo Warsito.

Namun, ramalan ini memunculkan kontroversi dan menjadi polemik. Sebab, di satu sisi memberikan harapan, namun di sisi lain menumbuhkan sikap fatalistik (kepasrahan).

Harapan akan datangnya Ratu Adil itu hingga kini masih hidup dalam hati dan pikiran orang Jawa. Yakni harapan akan adanya seseorang yang mampu menjadi pemimpin sekaligus juru selamat.

Karena itu, tak bisa dihindari adanya penilaian sebagai gerakan mesianis. Yakni, munculnya sosok yang diakui sebagai ‘utusan Tuhan’ yang menyelamatkan umat (rakyat).

Selanjutnya, apa yang menjadi fenomena datangnya Ratu Adil? Banyak yang sumber menyebutkan pertandanya adalah rusaknya tatanan moral.

Kedatangannya akan didahului adanya Zaman Edan. Yakni adanya kekacauan dalam masyarakat karena tatanan moral sudah sangat kacau balau.

Pada dasarnya, Ratu Adil yang diharapkan adalah tokoh mistis, manusia sempurna yang sudah mampu melawan nafsunya sendiri dan meninggalkan kehidupan duniawi.

Ia diharapkan mampu menjadikan negara yang dipimpinnya menjadi gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem kerta raharja (adil dan makmur, tentram dan sentosa).

Atau dalam istilah Islam: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negara yang aman, tentram, sejahtera, penuh persaudaraan dan kemanusiaan, dilaksanakan dengan baik dan mendapat ampunan-anugerah dari Tuhan).

Dengan demikian, pada hakikatnya Ratu Adil bisa diidentifikasi dengan raja atau khalifatullah (mandataris Allah). Bahkan, Sunan Kalijaga memberi contoh Ratu Adil dengan tokoh wayang Raja Amarta, Prabu Puntadewa alias Darmakusuma, Darmaputra, Samiaji, Yudhistira, Dwijakangka.

Orang pertama dalam keluarga Ksatria Pandawa ini merupakan sosok ideal seorang raja. Dia tidak saja arif bijaksana, adil, membela kebenaran dan mengutamakan rakyat. Tapi juga selalu memayu-hayuning bawana (ikut andil mempercantik wajah dunia) dengan berbuat kebajikan. izma/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar