Humaniora

Woww, Motif Batik Jambi Itu Meledak-ledak

Meski identik dengan kreasi khas Jawa, tetapi batik telah menjadi busana nasional dan menjadi kebanggaan bersama. Tiap daerah berusaha memunculkan gaya dan khasnya, meski inspirasi awal memang berasal dari sentralnya, yakni Jawa Tengah.

Dari belahan Nusantara bagian barat, Jambi berhasil menghadirkan eksotisme dalam sentuhan batik tulis maupun batik cap yang mempesona.

Selama ini perkembangan batik dan songket Jambi memang hanya tumbuh di kalangan industri rakyat. Lantaran kain batik hanya digunakan dalam seni pertunjukan tradisional seperti tari dan musik dari Desa Mandiangin Tuo, Kabupaten Sarolangun. Contohnya dua tarian berjudul Kain Kromong dan Gunjing yang diiringi musik kelintang.

Dibandingkan pendahulunya, batik Jambi tergolong masih muda dan belum banyak dikenal. Umumnya memang dibuat untuk memenuhi kebutuhan lokal. Dengan berkembangnya sektor pariwisata, kerajinan lokal ini mulai dikenal secara nasional.

Usia batik Jambi memang sangat muda, masih sekitar 40-75 tahunan. Bandingkan dengan batik Jawa Tengah yang berusia ratusan tahun. Meski pendatang baru, batik Jambi telah mampu menampakkan ciri khas yang kental dan memikat.

Batik sendiri telah lama dikenal di Jambi, namun sekadar sebagai benda kerajinan dari seberang pulau. Berawal dari keinginan Gubernur Jambi di era 70-an bernama Atmadibrata yang berambisi untuk mengangkat citra daerah yang dipimpinnya. Melalui kader PKK Jambi, ibu Lily Abdurrahman Sayoeti mencoba membabat jalur awal kerajinan batik khas Jambi.

Sebetulnya usaha ini telah ada namun tak ditangani secara profesional. Melalui tangan dingin merekalah, batik Jambi mulai diperkenalkan kepada dunia luar. Pada tahun 90-an, usaha ini kian diperkuat oleh Yayasan Bina Lestari Jambi yang menaruh kepedulian besar terhadap seni tradisional. Di akhir jabatan ibu Lily, tercatat lebih dari seribu pengrajin telah dihimpun dan dikembangkan kemampuannya.

Pancarkan Karakter

Benar kata pepatah : lain padang lain ilalang, lain lubuk lain ikannya. Meski ditangani denga cara dan peralatan yang hampir sama dengan batik Jawa, Jambi tetaplah Jambi. Kreasi para pembatik yang tertuang pada sehelai kain melalui tinta canting ini tak lepas dari karakter penciptanya.

Jika batik Jawa dikenali lewat tarikan motifnya yang lembut, rumit, dan berulang-ulang, maka hal itu tak lepas dari karakter orang Jawa yang suka menyimpan perasaan.

Karakter halus dan rumit juga merupakan sifat dominan orang Jawa. Basa-basi khas Jawa tampak pula pada pola pengulangan ukir yang monoton. Orang Jawa memang lebih memilih untuk legowo dibandingkan bersikap meledak-ledak. Maka jadilah motif-motif datar yang hampir tanpa irama.

Meski demikian, motif khas Jawa ini merajai pasar hingga hari ini. Sebagai bahan busana, motif ini yang dicari, karena sangat mudah dipasangkan dengan busana apapun. Apalagi warna batik Jawa cenderung ke arah netral. Bagaimana dengan batik Jambi?

Batik khas Sumatera ini tak lepas pula dari karakter penciptanya. Sifat lugas yang kentara dari orang Sumatera rupanya muncul pula di atas kain. Motif batik Jambi terkesan seenaknya dan meledak-ledak, lebih menyerupai sehelai taplak atau penutup meja dibandingkan selendang atau jarik. Mereka menyukai pinggiran dan motif bingkai.

Meski seenaknya, menikmati ukiran Jambi terasa segar dan tak membosankan. Pada detilnya, akan ditemukan beberapa perubahan yang cukup jelas sehingga terhindar dari pengulangan yang menjemukan. Belum lagi paduan warnanya yang tak masuk akal bagi orang Jawa, namun ternyata berani ditampilkan oleh karakter Sumatera.

Ambillah contoh biru dan merah, dua warna berani yang saling mendominasi. Aliran Jawa sulit menggabungkan keduanya, namun batik Jambi tak segan-segan menempelkan kedua warna tersebut. Hasilnya, ternyata lebih cantik dari yang diperkirakan.

Keberhasilan batik Jambi telah menembus pasar internasional. Beberapa waktu lalu, batik ini dipamerkan bersama koleksi busana dari Jepang yang diselenggarakan atas kerja sama dua negara. Koleksi batik Jambi yang dipamerkan sangat bervariasi umurnya. Rata-rata berumur 50 - 75 tahun, bahkan ada yang sampai mencapai umur 150 tahun.

Motif yang ada pun beraneka, antara lain tampuk manggis, bungo pauh, bungo melati, bungo matahari, bungo intan, wayang gengseng, merak ngeram, besurat, dan batanghari. Motif-motif ini adalah favorit orang Jambi sehingga sering ditampilkan dalam kain, sarung, selendang, dan baju dilengkapi perhiasan emas, perak, tembaga, sampai permata. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar