Humaniora

Roro Mendut, Gerbang Mistik Memasuki Tiga Candi

Jika tanah Jawa ibarat museum raksasa, maka candi tak ubahnya sebuah naskah kuno. Di dalamnya terdapat kisah-kisah masa lampau yang fasih dituturkan lewat detil-detil bangunannya.

Dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa, puluhan candi berserakan dengan kisahnya masing-masing. Namun, hanya tiga candi yang dipercaya punya kekuatan mistis saling berkait.

Segitiga mistik ini dibentuk oleh tiga sisi : Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Borobudur. Secara geografis, letaknya memang membentuk segitiga dengan Candi Mendut sebagai titik puncaknya. Sedangkan secara mistis, ketiganya memiliki kekuatan tersendiri yang tidak dipunyai candi lain.

Candi Mendut kekuatan mistisnya tidak terlalu besar. Namun di antara ketiganya, Candi Mendut adalah yang tertua. Itulah mengapa candi ini harus didahulukan sebelum mendatangi kedua candi lainnya.

Sejak zaman nenek moyang, upacara keagamaan juga dimulai dari Candi Mendut, menuju Candi Pawon dan berakhir di Borobudur. Mengunjungi Candi Mendut ini ibarat kulonuwun, tata krama sebelum menginjakkan kaki pada kedua candi yang lain.

Aturan lain menuju Candi Mendut , pengunjung dilarang melintasi Sungai Elo dan Sungai Progo. Kepercayaan setempat memandang tabu jika melintasi sungai ini tanpa melakukan samadi atau upacara keagamaan terlebih dulu.

Kedua sungai ini dikeramatkan karena dari sini asal batu kali yang digunakan untuk membangun Candi Borobudur. Baru setelah ritual di Candi Mendut selesai, pengunjung boleh melintasi kedua sungai itu.

Candi Mendut menjadi tempat pemujaan bagi mereka yang menganut pandangan sinkretisme. Secara rutin mereka mendatangi tempat ini dan memanjatkan doa-doa dengan harapan nasibnya akan berubah menjadi lebih baik.

Ini berkaitan dengan posisi patung Buddha setinggi tiga meter dalam posisi samadi (mudra) memutar roda darma. Dalam bahasa Sansekerta posisi ini disebut Dharmacakra Mudra yang mengandung makna perubahan wujud.

Perubahan wujud ini diterjemahkan sebagai perubahan nasib dalam kehidupan, seperti pekerjaan, kehidupan rumah tangga, martabat dan kehormatan keluarga, dan lain sebagainya. Berdoa untuk perbaikan nasib di tempat ini dipandang lebih makbul dibandingkan pada candi-candi lainnya.

Legenda lain yang menambah kekuatan candi ini adalah kisah Roro Mendut, seorang puteri bangsawan yang hidup bersentuhan langsung dengan rakyat jelata.

Ia menjual rokok tembakau yang dilintingnya sendiri. Roro Mendut digandrungi banyak pria bukan hanya lantaran cantik dan menggoda, tapi juga karena punya kebiasaan nyeleneh.

Rokok lintingannya selalu dijilat terlebih dahulu sebelum diberikan kepada pembelinya. Rupanya air ludah ini yang menjadi pemikat hingga ia dikejar-dikejar, bahkan oleh pria beristeri sekalipun. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar