Humaniora

Begini Upacara Satu Oton Manusia Yadnya di Bali

Niskramana Samskara adalah upacara Satu Oton atau Wetonan. Upacara ini dilakukan setelah bayi berumur 210 hari atau enam bulan. Ini merupakan upacara lanjutan dari tiga bulanan.

Jika pada upacara sebelumnya bertujuan untuk membebaskan bayi dari pengaruh-pengaruh negatif (mala), maka pada upacara Satu Oton ini lebih khusus dimaksudkan untuk menebus kesalahan-kesalahan dan keburukan pada masa lalu. Harapannya adalah agar bayi mencapai kehidupan yang lebih sempurna serta memberi kekuatan spiritual kepada sang bayi di masa yang akan datang.

Upacara ini juga dianggap sebagai ulang tahun pertama sang bayi. Satu tahun penuh dalam Pawukon atau kalender Bali memang berisikan 6 bulan yang masing-masing sepanjang 35 hari. Masa satu tahun disebut juga satu oton.

Pada ulang tahunnya yang pertama ini, untuk pertama kalinya kaki bayi disentuhkan ke tanah, semacam upacara turun tanah dalam tradisi Jawa.

Setiap rangkaian upacara dalam Manusa Yadnya memiliki keunikan tersendiri. Begitu pun upacara Satu Oton ini. Ciri khasnya terletak pada pemotongan rambut sang bayi yang dilakukan pada beberapa tempat khusus.

Pemotongan rambut ini merupakan perlambang terputusnya kesalahan dan keburukan dari diri si bayi. Oleh karenanya setiap tempat pemotongan rambut disertai dengan mantram yang intinya adalah memohon keselamatan si bayi.

Sebagaimana ulang tahun, upacara satu oton ini bisa diperingati tiap tahun. Tentu saja semakin dewasa, maka semakin sederhana ritualnya. Pelaksanaannya bertepatan dengan hari dan pasaran yang sama dengan tanggal kelahiran sang anak.

Semua ritus itu cukup dilaksanakan dalam rumah dan upacara ini dipimpin oleh Pandita atau keluarga tertua. Sedangkan urutan pelaksanannya cukup sederhana.

Mula-mula Pandita sebagai pemimpin upacara melakukan pemujaan untuk memohon persaksian terhadap Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya. Kemudian pemujaan dilanjutkan kepada Siwa Raditya (Suryastawa) dan penghormatan kepada leluhur.

Seusai pemujaan, tibalah saat pemotongan rambut bayi yang menjadi inti upacara Satu Oton yang pertama. Sebab pada upacara satu oton berikutnya tidak dilakukan pemotongan rambut.

Pandita memotong ujung rambut bayi pada beberapa tempat yang berbeda sambil mengucapkan mantram-mantram yang berbeda. Terakhir, pemujaan dilakukan saat pawetonan dan persembahyangan.

Sarana upacara Satu Oton ini terdiri dari upakara kecil dan upakara besar. Upakara kecil meliputi prayascita, parurubayan, jajanganan, tataban, peras, lis, banten pesaksi ke bale agung (ajuman) sajen turun tanah, dan sajen kumara. Sementara upakara besar sama dengan upakara kecil ditambah dengan gembal bebangkit.

Sarat Mantram

Mantram yang menjadi salah satu esensi upacara Satu Oton ini terdiri dari empat macam : mantram pembuka untuk menggunting rambut, mantram cincin, mantram panca kustika, dan mantram penggunting rambut untuk tiap guntingan yang berbeda.

Mantram pembuka berbunyi : Om yatawya sakal panem suci i kesuma anindh papa klesa winasasyat. Bhangkara mantram utaman, yang artinya : Om Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai pencipta, hamba mohon agar gunting ini suci sanggup melebur malapetaka.

Mantram cincin berbunyi : Om ong tejo sakal panem suci katri maha sidhi papaklesa winasasyat. Tatkara mantram utaman, yang artinya : Om Hyang Widhi Wasa dalam wujud aksara maka suci yang merupakan mantram utama sebagai anugerah-Mu semoga lebur segala dosa.

Mantram ketiga yakni mantram Panca Kustika berbunyi : Om kusa sri kusa widnyanem pawitrem, papanasanem papa klesa winasasyat Mangkara mantram utama yang artinya : Om Hyang Widhi Wasa dalam wujud aksara suci Mangkara, semoga melimpahkan kebahagiaan, pengetahuan suci dan melebur segala dosa.

Mantram keempat ini terbagi menjadi mantram-mantram pendek yang dibacakan ketika Pandita menggunting ujung rambut bayi. Sebagai pembuka, Pandita memotong rambut bagian depan dengan mengucap mantram Om sadya ya namah, hilanganing papa kesa pataka yang artinya : Om Hyang Widhi Wasa, semoga musnah segala dosa dan kesengsaraan anak ini.

Dilanjutkan dengan memotong rambut bagian kanan dengan mengucap mantram Om Bhang Bama Dewa ya namah, hilanganing lara roga wighena yang artinya : Om Hyang Widhi Wasa, semoga musnah segala penyakit anak ini.

Sementara untuk rambut bagian kiri dibacakan mantram Om Ang Agora ya namah, hilanganing gring sasab merana yang maknanya : Om Hyang Widhi Wasa, semoga hilang segala wabah yang akan menimpa anak kami.

Dan pemotongan rambut bagian belakang mendapat iringan mantram Om Tang tat purusa ya namah, hilanganing gegodan satru musuh yang artinya : Om Hyang Widhi Wasa, semoga anak kami terhindar dari godaan musuh.

Terakhir, adalah memotong rambut di bagian tengah kepala dengan mengucap mantram Om Ing Isana ya namah, hilanganing sebel kandel sang pinetik yang artinya : Om Hyang Widhi Wasa, semoga hilang segala noda anak ini.

Jika seluruh tata cara tuntas dilaksanakan, maka usailah sudah upacara Satu Oton. Dalam perjalanan hidup sang anak selanjutnya akan disambut dengan upacara Ngempugin atau upacara tumbuh gigi dan segera disusul oleh Makupak atau upacara tanggal gigi pertama. izm/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar