Humaniora

Tragedi Setan (2) : Setan Versi Taurat dan Gospel

Dari surga, Adam dan Hawa diturunkan ke dunia. Manusia pertama dan kedua ini sekaligus membawa bibit-bibit sifat agresif manusia. Manusia akan menjadi saling bermusuhan dengan yang lain. Dan hanya Iblis yang menjadi musuh bagi semuanya.

Walaupun referensi Al-Qur'an terhadap Iblis terutama berhubungan dengan kedua mitos agama itu, namun tidak berarti dapat diasumsikan muatan-muatan itu membentuk satu-satunya referensi Al-Qur'an tentang figur setan di dalam Islam. Sebaliknya, nama Ash-Shaytan, atau setan, terlihat lebih dari lima puluh kali dalam teks Al-Qur'an.

Di dalam kedua mitos yang digambarkan itu, nama Iblis digunakan dalam konteks penciptaan manusia dan kegagalan setan. Sementara Ash-Shaytan digunakan untuk bujukan terhadap Adam dan Hawa.

Keadaan Ash-Shaytan tidak berhubungan dengan struktur mistik apa pun. Agaknya, sebagian besar kasus menyentuh beberapa aspek keterlibatan dalam kehidupan spiritual manusia.

Suatu keterlibatan yang telah diramalkan dalam mitos kegagalannya dan pembangkangannya untuk pertama kali dalam tipu muslihat terhadap Adam dan Hawa.

Beberapa keterampilan setan terlihat dengan frekuensi tertentu dalam teks Al-Qur'an. Ash-Shaytan, misalnya, adalah seorang penguasa yang menghiasi perbuatan-perbuatan manusia. Yang memberi manusia kepercayaan yang salah dalam kekuasaannya sendiri.

Tujuan-tujuan ini, dan beberapa tujuan yang lainnya dicapai tidak melalui paksaan, melainkan melalui godaan dan bisikan yang halus (nazgh, waswasa). Atau dengan kata lain, dengan pengaruhnya menyebabkan kelupaan atau kelalaian dalam pikiran orang yang beriman.

Ash-Shaytan tidak menjanjikan apa-apa selain ilusi-ilusi kosong. Walaupun dia menyatakan diri sebagai makhluk kepercayaan yang taat, tetapi sesudah seseorang itu mematuhinya, setan segera meninggalkannya.

"Jangan mengikuti langkah-langkah setan," kata anjuran dari Al-Qur'an yang berulang kali disebutkan."Karena dia sebenarnya adalah musuh yang nyata bagimu. Persahabatan dan kedekatan dengan setan hanya akan membawa kepada kerusakan.”

Al-Qur'an memerintahkan orang yang beriman untuk memohon perlindungan pada Allah dari kekuatan setan dan para pengikutnya. Doa "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk," telah diberikan secara turun-temurun selama beberapa abad dalam sejarah agama Islam. Sebagai suatu perlindungan yang sangat efektif dari kekuatan Iblis atau Ash-Shaytan.

Gambaran ringkas apa pun tentang figur Iblis atau Ash-Shaytan yang didasarkan pada teks Al-Qur'an tidak perlu diupayakan dalam isolasi intelektual dari lingkungan keagamaan yang lebih luas di mana Islam berkembang. Karena itu, Al-Qur'an dipahami umat Muslim sebagai titik kulminasi wahyu Allah dari firman-Nya, yang menggantikan dan mengoreksi Taurat Yahudi atau pun Injil (Gospel) Kristen.

Kitab suci dari kedua masyarakat itu dipercaya telah mengalami perubahan yang berhubungan dengan tradisi agama-agama itu. Akibatnya, dengan mempelajari Taurat dan Gospel, maka berdasar pandangan Al-Qur'an, seseorang dapat sampai pada pengetahuan yang sebenarnya tentang makna wahyu Allah.

Karena memang ada keseimbangan antara Taurat, Gospel dan Al-Qur'an. Tidak mengherankan, untuk menemukan resonansi muatan tentang Iblis dalam Al-Qur'an dan di dalam sumber-sumber lain sebelum Islam, yaitu Yahudi maupun Kristen adalah sama. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar