Politik

Perang Dagang AS-China Akibatkan Industri Manufaktur Rontok

KUALA LUMPUR-Perang dagang Amerika Serikat-China berlarut-larut. Saling bebani pajak terhadap produk masing-masing terus terjadi, dan ini menyeret ketidak-pastian bisnis global.

Menurut Kepala Ekonom Bank Islam Malaysia Bhd Dr Mohd Afzanizam Abdul Rashid, survei terbaru yang dilakukan Institute for Supply Management (ISM) AS menunjukkan, bahwa berbagai industri manufaktur di negara itu menghadapi kesulitan untuk mengatasi kenaikan akibat impor tarif.

“Misalnya, komputer dan industri elektronik telah mengindikasikan mereka sedang mengerjakan rencana darurat untuk tarif China dan mungkin akan menggunakan sebagian besar bahan itu.

"Sementara untuk produk plastik dan karet, tarifnya telah mengakibatkan kenaikan bea cukai pada impor bahan baku dari China," katanya.

Menurut Afzanizam, soal tarif telah menimbulkan masalah efisiensi bagi bisnis. Dan, katanya, ini juga dapat menyebabkan masalah lain seperti perang mata uang dan mungkin perang non-tarif. Semua ini dapat menggerogoti kegiatan ekonomi karena ekonomi global begitu terkait.

"Kami telah melihat PMI Global untuk sektor manufaktur terus menurun menjadi 52,7 poin pada Juli dari 54,4 poin pada Desember 2017. Ini mencerminkan pandangan pesimis di antara produsen," katanya.

Sedang Direktur Senior Affin Hwang Capital dan kepala pasar modal ekuitas Arvin Chia Yew Kim mengatakan, bahwa Malaysia memiliki posisi yang menguntungkan, dan berpotensi mendapat keuntungan dari sengketa perdagangan China-AS.

"Ini adalah cara yang positif bagi China untuk mengembangkan berbagai industri dalam persaingan secara global untuk 'Made in China 2025' dalam beberapa industri utama seperti semi-konduktor dan teknologi tinggi," katanya.

Arvin menunjukkan, China sedang melihat berbagai investasi untuk mendorong industri-industri itu di dalam negeri dan di luar negeri.

“Malaysia telah memposisikan dirinya dengan baik dan dapat mendorong lebih banyak investasi dari China terutama di semi-konduktor dan industri teknologi tinggi. Namun, negara itu bukan lokasi produksi berbiaya rendah lagi," katanya.

Dan kabar baik ini, menurut Arvin, diharap akan dibuat Mahathir selama kunjungannya ke China bulan ini. Mungkin ada banyak negosiasi di belakang layar antara China dan perwakilan miliarder Malaysia, Robert Kuok.

“Saya yakin akan ada hasil positif. Malaysia secara strategis sangat penting bagi China dalam hal lokasi dan perannya di wilayah ini karena perspektif geografis dan historis, ”katanya. ts/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar