Politik

Produksi Sawit Naik, Tapi Pasar Ekspor Belum Cerah

PEKANBARU-Hujan masih terus mengguyur Indonesia dan Malaysia. La Nina lemah ini akan memacu produktifitas kelapa sawit di dua negara ini. Sayang, pasar ekspor belum cerah. Dalam seminar yang digelar Malaysian Palm Oil Council (MPOC) menyebut, terdapat tiga faktor utama yang akan mengatur tren harga minyak sawit mentah di tahun 2018 ini. Pertama adalah situasi permintaan minyak sawit India dan China, pasokan minyak sawit Indonnesia dan Malaysia. Sedang yang ketiga adalah produksi kedelai di Amerika Serikat, Brasil dan Argentina. Masalah paling signifikan yang mempengaruhi India adalah kenaikan pajak impor minyak nabati. Seperti diketahui, pada 17 November 2017, India menaikkan bea masuk atas minyak sawit mentah dari 15% menjadi 30%. Sedang pada minyak sawit olahan meningkat dari 25% menjadi 40%. Kondisi ini yang membuat minyak sawit menjadi mahal. Sedang China, stok minyak sawit Negeri Tirai Bambu ini tinggi, berada di kisaran 718.000 MT pada 29 Januari 2018. Ini sebagai efek dari antisipasi ‘perang dagang’ dengan Amerika Serikat (AS) yang menurunkan impor kedelai untuk mendukung produksi pakan. Dampaknya, prospek impor minyak sawit kuerang bisa dipacu lagi tahun ini. Sisi lain, musim hujan di Malaysia dan Indonesia belum reda. Jika musim ini tidak berubah menjadi La Nina kuat, maka akan mendukung produksi minyak sawit yang lebih tinggi lagi. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar