Politik

Burung Surga (25) : Rindu Sesama Makhluk Itu Bakal Merugi

Menjelang malam, Retno Zaenab menyiapkan diri. Ia memakai pakaian terbaiknya. Selendang sutera kuning disampirkan di pundak yang semampai. Kalung emas bertatah intan-berlian melingkar di leher yang jenjang. Parfum semerbak menebar ke seluruh ruang, membuat orang lain ikut mabuk kepayang. Dasar ayu, duduk atau berdiripun tetap ayu. Ditambah pakaian serba gemerlap, keayuan Zaenab bagaikan datang dari langit ketujuh. Senyum manis menghias bibir Zaenab yang mungil. Ia segera bertemu pujaan hati, membuat senyumnya itu tambah manis bagai gula pasir yang tercecer di lantai. Cara berjalan bagaikan burung Jalak kedinginan. Ayunan tangannya bak burung Merak terlempar, dan wajahnya kumenyus-kenyus. Keayuan Zaenab bagaikan senjata pasopati, yang amat ampuh untuk membuat orang terbunuh tanpa terasa sakit. Seluruh lelaki bisa kepincut bila melihat Zaenab dalam dandanan kali ini. Santri yang sedang ngaji bisa lupa diri, lurah dan pejabat bisa berubah bagai singa kelaparan yang siap menelan apa saja asal ia bisa mendapatkan si Ayu Zaenab. Begitulah orang hidup yang mengagungkan keindahan dan kenikmatan dunia. Rindu sesama hanya karena tampilan lahir. Semestinya manusia itu merindu-rindukan Allah jauh lebih hebat dibanding rindunya Sang Pangeran kepada si ayu Zaenab. Bagaimana pun orang yang merindukan sesama makhluk pasti akan kecewa di belakang hari. Salah satu pasti akan mati. Kalau tidak karena tua, ya mati karena sakit. Suatu saat siapa pun manusia itu, cantik, ayu, gagah perkasa, pasti akan tua dan mati. Dalam hadits dinyatakan, kematian bagi manusia itu bagaikan orang yang kecurian. Datangnya tak disangka-sangka. Jika si pria mati, nyawanya diambil malaikat, daging dan kulitnya dimakan ulat dan tanah, harta miliknya akan dibagi sanak saudara ahli waris. Sedang isterinya akan diambil lurah sang penguasa. Sanak saudara tidak akan ada yang mau mendekat. Yang menemani hanyalah ilmu dan amalnya. Amal ialah tindakan baik di dunia ketika menghadapi kesusahan. Tapi jika ajal sudah tiba, maka pintu tobat pun akan tertutup. Karena itu, perubahan dunia itu hendaknya menjadi perhatian semua manusia yang masih hidup. Umar bin Khattab memberi nasehat. "Tidak ada teman yang paling dekat kecuali seperti orang yang suka membaca Quran. Lebih-lebih lagi tidak ada kehidupan dunia yang lebih bagus kecuali qanaah, dan tidak ada makanan paling lezat kecuali hati yang sabar. Sabar itu ialah rajanya amal badan wadag, bagaikan kesaktian yang tiada tanding." Tidak seperti orang yang hidup zaman sekarang, harta benda dijadikan raja. Sedang amal dan ilmu hanya diambil kegunaannya saja, bagaikan kerbau dan sapi. Salat ditinggalkan, kenikmatan hanya bagi diri sendiri. Tindak maksiat dilakukan, senang meninggalkan syariat, nanti akan masuk neraka. Jika begitu, maka nasibnya nanti akan lebih celaka dibandingkan nasib kerbau atau sapi. Hewan yang baru ditangkap memang akan liar, tetapi segera akan jinak jika dipelihara, dan akan membawa manfaat karena bisa untuk membajak sawah dan ladang. Tidak seperti manusia yang nalarnya bengkok. Di depan teman atau tetangga baru dihujani pujian, tetapi sudah tetangga dan teman itu pergi lalu dicaci-maki. Makin lama makin tak akur. Orang yang memberi hadiah akan dipuji setiap hari, tapi jika hartanya kurang sedikit saja akan dicari di seluruh pasar untuk mencari ganti. Jika perlu hutang kredit pun dijalani. Setiap orang harus menyadari bahwa ada satu perkara yang jika hilang tidak terasa, yaitu manusia yang kehilangan umur. Anehnya, manusia itu kadang malah senang jika umurnya bertambah. Padahal sebenarnya berkurang. Dalam kitab Bidayah disebutkan, bahwa umur adalah barang mahal. (bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar