Politik

Sudah Coba Berbagai Usaha, Suher Akhirnya Sukses Jadi Petani Sawit

Berbagai usaha telah dicoba untuk mencukupi hidup keluarganya. Namun itu belum membuahkan hasil. Akhirnya di tahun 1997 dia memantapkan diri menjadi petani sawit. Setelah 20 tahun, sekarang Suher termasuk salahsatu pekebun sawit yang sukses. Suher tinggal di daerah Petapahan, Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Ini merupakan daerah asalnya, yang memberi banyak kenangan hidup, sejak kecil, remaja hingga dewasa. Sebagai putera daerah, Suher tidak langsung tertarik dengan sawit. Itu karena kala itu, prospek sawit belum terlihat. Malah di wilayahnya, saat-saat itu ramai dengan penebangan liar yang merusak kawasan. Di tahun 1990-an, kawasan yang sudah rusak itu dijadikan percontohan oleh pemerintah, untuk penghijauan. Menghijaukan kembali kawasan yang gersang akibat pembalakan liar. Suher ikut gerakan ini. Dia memulai tanam sawit dengan luas lahan dua hektar hingga tiga hektar. Dia ingat saat memulai usaha sawit itu di tahun 1997. "Saya mulai usaha dari tahun 1997. Saat itu harga sawit masih Rp 120," ungkapnya. Sejak awal Suher sadar, bahwa benih sangat penting terhadap produktifitas sawit. Untuk itu dia menanam sawit dengan menggunakan bibit sawit yang dibelinya langsung dari Medan. Ini adalah benih yang sudah tersertifikasi, dan dijamin akan hasil buah sawitnya. Namun setelah itu, saat melakukan replanting untuk kebun sawitnya, Suher tidak lagi perlu jauh-jauh membeli ke Kota Medan. Dia membeli bibit yang dijual oleh Asian Agri. "Baru-baru ini, karena ada perusahaan yang bertetangga dengan kampung, jadi sekarang ada perusahaan Asian Agri yang produksi bibit. Kita beli di sana bibit atau baby-nya umur 4 sampai 5 bulan," terangnya. Menurut bapak dua orang anak ini, jumlah produksi yang diperolehnya saat ini dari bibit Asian Agri itu mencapai rata-rata 35 ton/ha per tahunnya. Itu dari tanaman sawit yang ditanam tahun 2008. Dan hasil Tandan Buah Segar (TBS) itu dia jual lagi ke Asian Agri. Suher sekarang sebagai pengurus Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau. Dia juga banyak terlibat dan sebagai pengurus koperasi yang ada di daerahnya. Dan saat ditanya, adakah dia langsung menekuni profesi sebagai petani sawit sejak awal? “Wah, dulu saya sudah mencoba segala bentuk usaha (pekerjaan). Tapi akhirnya jodoh saya memang menjadi petani sawit,” katanya tertawa. Dia mengaku, dengan usaha sawit yang digelutinya selama 20 tahunan ini, dia bisa mencukupi biaya kehidupan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Terbukti saat ini kedua anaknya berhasil masuk dan lulus dari perguruan tinggi. "Saya ada dua anak. Yang satu baru lulus dari IBS (Indonesia Banking School) di Jakarta, dan sekarang lagi ke Kampung Inggris di Pare. Satunya lagi masih kuliah di jurusan kesehatan di Pekanbaru," ujarnya. desi


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar