Nusantara

208 Pokok Sawit Saksi Sejarah Panjang Astra Group di Riau

CUACA lumayan terik, ketika mobil rombongan PWI Provinsi Riau yang dipimpin H Zulmansyah Sekedang, bersama Sekretaris Anthony Harry dan Ketua DKD PWI Riau H Helmi Burman yang membawa sekitar 33 orang wartawan dari berbagai media, Kamis (25/5/2023) memasuki areal perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sungai Lala, Kabupaten Indragiri Hulu.

Areal perkebunan sawit yang terbentang luas itu, milik PT Tunggal Perkasa Plantation (TPP), anak perusahaan PT Astra Agro Lestari. Melewati jalan tanah yang sebagian sudah diberi base kerikil dengan diselimuti sedikit berdebu, terus menyusuri areal perkebunan sawit.

Hampir satu jam, akhirnya sampai di sebuah tempat dengan areal yang tertata. Pohon-pohon sawit di lokasi itu, berbeda dengan pohon yang ada di sekitarnya. Lebih tinggi menjulang dengan kulit-kulit pohon yang sudah terkelupas. Namun terlihat masih berbuah. Namun tetap terlihat terawat dengan baik. Itu bisa di lihat dengan daun sawit yang tinggi menjulang itu, menghijau.

Di bawahnya, diberi beberapa kotek atau pondok peristirahatan. Beberapa petinggi perusahaan terlihat sudah menunggu dan menyambut di lokasi. Di antaranya, Community Development Officer (CDO) PT TPP, Hadi Sukoco. SVP Communication And Public Affair PT Astra Agro Lestari Tbk, Tofan Mahdi, Community Development Area Manager (CDAM), Dede Putra Kurniawan serta beberapa orang lainnya.

Rombongan pun disuguhi makan siang dengan kelapa muda menambah suasana makan di tengah alam itu, terasa asri. Namun awak media sudah tidak sabar untuk mencari tahu apa istimewa lokasi ini. Apalagi melihat sebuah papan plang bertuliskan "Monumen 75 PT Tunggal Perkasa Plantation". "Lokasi ini diberi nama oleh perusahaan, Monumen 75 PT Tunggal Perkasa Plantation", kata Kepala Kebun PT TPP, Eka Setia Permana yang mencoba menjawab pertanyaan para awak media yang sudah dari tadi terlihat penasaran.

Perusahaan sengaja mempertahankan tanaman sawit yang ditanam pada 1975 itu. Tak lain untuk mengenang sejarah awal mula sawit di Riau yang dibangun oleh anak perusahaan Astra ini. Perkebunan kelapa sawit milik PT TPP di Inhu ini merupakan salah satu kebun kelapa sawit tertua yang ada di Indonesia. Areal monumen memiliki luas 1,5 hektare dengan jumlah pokok pohon sawit sebanyak 208.

Meski usianya sudah 48 tahun, namun masih menghasilkan dengan baik. Menurut pria yang sudah bergabung dengan Astra Group selama 17 tahun itu, kebun sawit Monumen 75 PT Tunggal Perkasa Plantation dengan bibit marihat ini per bulannya mampu menghasilkan 2,4 ton. Dan rata-rata 20 ton per tahun. Hanya saja dengan tinggi pohon yang mencapai 20 meter lebih itu, pekerja panen harus memiliki keterampilan andal.

Padahal, pemupukan yang di lakukan tidak seperti pohon sawit lainnya yang memiliki takaran pupuk tertentu.

CDO PT TPP, Hadi Sukoco menjelaskan, saat ini Provinsi Riau merupakan provinsi dengan kebun kelapa sawit terbesar di Indonesia. Riau memiliki luas kebun kelapa sawit sebesar 2,89 juta hektare.

Di Kabupaten Indragiri Hulu, terdapat tanaman kelapa sawit tertua di Riau. Lokasinya ada di perusahakan PT TPP. Menurut pria yang akrab disapa Hadi ini menjelaskan, sejarah kebun kelapa sawit PT TPP ini bermula dari tahun 1911 lalu. Pada tahun 1911, sebetulnya terdapat tiga perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang berada di Air Molek, Riau.

Perusahaan tersebut adalah NV Cultur Maatachappij Indragiri milik Swiss, Indragiri Rubber Limited (IRL), dan Klawat Syndicate yang merupakan joint venture antara perusahaan Inggris dengan Strut Company Malaysia. Ketiga perusahaan tersebut dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) pada tahun 1963 yang pengelolaannya diserahkan kepada PT Perkebunan Indragiri (PT PI).

Kemudian dilikuidasi kembali oleh pemerintah RI dan diserahkan kepada PT Kulit Aceh Raya Kapten Markam (PT Karkam). Tahun 1973 masa kontrak PT Indragiri Raya telah habis sehingga PT Indragiri Raya dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian pada tahun 1973 dan dipecah menjadi PTP IV. Perluasan desa menjadi PT Tunggal Investment.

Tahun 1975, PT Tunggal Investmen mulai beroperasi dengan komoditi olah berupa karet dan kelapa sawit yang k emudian PT Tunggal Investmen diubah menjadi PT Tunggal Perkasa Plantations (TPP) pada tahun 1979. "Begitu sejarahnya. Dan perusahaan tak ingin melupakan sejarah itu yang menjadikannya sebagai salah satu kebun sawit tertua di Indonesia. Maka diberilah nama Monumen 75 lokasi ini, " ujarnya.

Ketua PWI Riau, H Zulmansyah Sekedang mengapresiasi sambutan pihak TPP di perkebunan sawit tertua di Indonesia ini. "Mudah-mudahan semakin memperkaya pengetahuan dan wawasan kawan-kawan wartawan yang hadir di sini tentang kelapa sawit," kata Zulmansyah.

Kehadiran di PT TPP juga masih dalam rangkaian peringatan HUT ke-77 PWI dan Hari Pers Nasional (HPN) 2023, yang salah satu agendanya adalah silaturahmi ke mitra-mitra PWI. Khusus di Riau, puncak peringatan HUT ke-77 PWI dan HPN 2023 dipusatkan di Kota Tembilahan, Indragiri Hilir.***


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar