JAKARTA – Indonesia yang memiliki kekayaan ragam minyak atsiri menempati peringkat ke-6 eksportir minyak atsiri terbesar di dunia. Ekspor minyak atsiri Indonesia pada 2021 mencapai USD248,4 juta, naik 15,09% year on year (yoy) dari 2020 (USD215,8 juta). Adapun lima negara tujuan utama ekspor minyak atsiri Indonesia pada 2021 adalah AS (17,67%), India (16,75%), Perancis (12,27%), Spanyol (10,29%) dan Belanda (9,70%).
Berdasarkan data dari International Trade Center nilai ekspor minyak atsiri mencapai USD5,85 miliar atau tumbuh 10,05% (yoy) sampai tahun 2021. Selama lima tahun terakhir (2017-2021), ekspor minyak atsiri dunia secara rata-rata meningkat 1,49% per tahun. Indonesia menguasai pangsa pasar ekspor sebesar 4,25% pada 2021 atau mencapai USD248,41 juta. Lima eksportir utama dunia lainnya adalah: India, Amerika Serikat, Prancis, Tiongkok, dan Brazil.
Kegunaan minyak atsiri salah satunya adalah sebagai bahan baku pembuatan aromaterapi. Produk aromaterapi saat ini menjadi populer karena masyarakat mulai mencari cara yang lebih alami untuk meningkatkan dan mempertahankan kondisi kesehatan, terlebih di tengah situasi pandemi yang masih berlangsung. Di sisi lain, berkembangnya bisnis spa di Indonesia dan mancanegara sebagai bagian dari wisata gaya hidup sehat memperluas peluang pasar ekspor minyak atsiri Indonesia ke mancanegara.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai Special Mission Vehicle di bawah naungan Kementerian Keuangan RI berkomitmen untuk mendukung pemenuhan kebutuhan minyak atsiri dunia dengan cara mendorong eksportir minyak harum ini terus tumbuh. Upaya LPEI antara lain dengan menyalurkan pembiayaan ekspor kepada para eksportir minyak atsiri nasional, termasuk PT Indesso Aroma (Indesso).
Selain itu, LPEI juga mendukung industri farmasi, produsen kosmetika dan jamu, serta pelaku usaha bidang kesehatan dan kebugaran untuk semakin mengembangkan inovasi dari produk berbahan dasar minyak atsiri agar lebih kompetitif.
Program pendampingan LPEI untuk para petani minyak atsiri juga dilakukan dalam rangka mengembangkan ragam minyak atsiri yang dapat diekspor sebagai solusi alternatif bagi kesehatan, antara lain: menurunkan stress dan kecemasan, mengurangi sakit kepala, mengatasi kesulitan tidur, mengurangi peradangan akibat gigitan serangga maupun cedera akibat benturan, serta mengatasi masalah kulit.
“Melalui program desa devisa dan pembiayaan program kemitraan LPEI juga akan berkolaborasi untuk meningkatkan kreatifitas serta produktivitas petani dan pemasok minyak atsiri,” terang Riyani Tirtoso, Direktur Eksekutif LPEI.
Skema yang dapat digunakan adalah pembiayaan langsung kepada mitra binaan termasuk supply chain financing, ataupun pembiayaan tidak langsung bekerja sama dengan mitra penyalur (bank, lembaga keuangan bukan bank, atau perusahaan pembina nasabah LPEI).
LPEI berkomitmen akan terus mendorong ekspor minyak atsiri Indonesia dalam jajaran eksportir terbesar dunia melalui layanan Pembiayaan, Jasa Konsultasi dan Penugasan Khusus Ekspor (PKE) yang menyentuh eksosistem ekspor dari hulu hingga ke hilir. (rls)