Nusantara

RI Bisa Bangkit dari Covid-19 Dengan Andalkan Sawit

JAKARTA - Komoditas sawit dianggap bisa menjadi andalan RI ke depan menghadapi Covid-19. Pangsa ekspor sawit RI akan meningkat ke depannya, yang diyakini Kemenko Perekonomian dan Kementerian Perindustrian.

Deputi V Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud menjelaskan salah satu faktor penunjang kekuatan industri sawit karena dibutuhkan banyak pada sektor manufaktur. Makanya pemerintah terus mendorong hilirisasi produk secara masif.

"Tentang industri kita dorong supaya investasi bukan hanya di hulu tapi juga di hilir, ini untuk menjaga daya saing produk RI, harus diperluas diversifikasi baik untuk jenis industri farmasi, pangan dan lainya. Juga untuk keperluan sehari-hari seperti sabun, lilin, dan makanan," jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (24/5/2021).

investasi dan hilirisasi merupakan strategi pemerintah menggenjot produksi sawit nasional. Menurut Musdalifah, salah satu program prioritas yakni pemanfaatan sawit sebagai energi baru terbarukan melalui mandat penggunaan B100.

"Kita juga mendorong untuk pemanfaatannya, B100 kan kita sudah riset supaya demand kita tidak tergantung dengan demand luar karena produksi kita akan terus bertumbuh. Kita juga melakukan replanting rencananya dari produktivitasnya diharapkan bisa bertumbuh hingga tiga kali lipat dari sebelumnya," ungkapnya.

Direktur jenderal Ketahanan Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Kementerian Perindustrian, Eko S.A Cahyanto juga optimis sawit dapat menangkal pandemi. Sekaligus menjadi komoditas andalan ke depan.

Optimisme disokong kemenangan RI terhadap tarif masuk komoditas sawit ke Eropa.Dari skema perjanjian dagang IE-CEPA dinilai berpeluang meningkatkan akses pasar bagi produk industri Indonesia termasuk sawit dan turunannya ke Eropa.

"Indonesia memiliki potensi besar mengisi kebutuhan produk industri di Eropa, yang selama ini sebagian besar pemenuhan kebutuhan produk sawit berasal dari Pantai Gading, Solomon dan Malaysia," jelasnya.

Makanya ekspor produk sawit akan terus didorong khususnya ke pasar Swiss. Adapun produk hilir sawit yang masuk pasar Eropa termasuk Swis antara lain lemak padatan pangan (confectionery), personal wash (sabun, fatty acid, fatty alcohol, glycerin), hingga Biodiesel FAME.

Sebelumnya Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga jengkel dengan sikap Uni Eropa yang tidak konsisten dengan prinsip fair and free trade terhadap sawit Indonesia. Menurutnya Uni Eropa terkesan mencari-cari alasan untuk menghambat masuknya produk sawit ke kawasan itu.

"Kami berharap Uni Eropa jujur dan punya sikap ilmiah dalam berargumen. Dengan begitu, argumen yang disampaikan objektif. Walaupun mereka akhirnya kalah berargumen dengan kita, ya harus diterima secara obyektif juga," ujar Jerry melalui keterangan resmi yang dikutip Sabtu (22/5/2021).

Dia melihat Uni Eropa cenderung melihat secara parsial dan tidak melihat proses sejarah baik dalam penggunaan lahan. Seperti Indonesia dilarang menggunakan lahan hutan produksi untuk kelapa sawit.

"Kritikan dan larangan itu dilakukan saat ini, di saat hutan mereka sendiri sudah dibabat di masa lalu. Artinya, mereka sendiri tidak mempermasalahkan hutan mereka yang tinggal sedikit sebagai bahan komparasi ketika melihat hutan Indonesia," jelasnya.(ist)

 

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar