Industri

BPDPKS dan IPB Lakukan Monev Hasil Riset di PT KTU

SIAK - Sebagai bentuk komitmen kedua belah pihak untuk mengelola penelitian guna mendorong kemajuan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (Ipteks) dan menghantarkan inovasi kepada masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB dan BPDPKS melakukan Monitoring dan Evaluasi (Monev) eksternal penelitian dan pengembangan kelapa sawit tahun 2018/2019 di PT Kimia Tirta Utama, Koto Gasib Siak  pada tanggal 6 Maret 2020.

Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) selama ini rutin didanai oleh pemerintah melalui program pendanaan penelitian yang ditawarkan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Untuk penguatan pendanaan penelitian, sejak tahun 2015 IPB melakukan kerjasama penelitian dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

BPDPKS merupakan mitra strategis IPB dalam menyelenggarakan penelitian untuk menghasilkan capaian berupa publikasi dan inovasi, serta mendorong kemajuan Ipteks bagi masyarakat. Monev ini menjadi salah satu bentuk penjaminan mutu penelitian oleh IPB dan BPDPKS untuk mengetahui kemajuan penelitian yang diselenggarakan peneliti IPB melalui pendanaan BPDPKS.

 

Pada pendanaan tahun 2016 - 2018, IPB sudah menghasilkan 41 publikasi dalam bentuk jurnal nasional dan internasional, prosiding nasional dan internasional serta buku. Selain itu, pendanaan tersebut telah melibatkan 37 mahasiswa dari berbagai strata untuk penyelesaian tugas akhirnya yang terdiri dari 27 mahasiswa program sarjana, 7 mahasiswa program magister dan 3 mahasiswa program doktoral. Tidak hanya itu, 14 inovasi juga dihasilkan  dari pendanaan penelitian.

Dalam kesempatan tersebut, tim dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan rombongan dari BPDPKS  secara langsung melihat lokasi penelitian di PT. KTU di dalam penelitian ini  membuktikan, emisi kelapa sawit, sangat rendah. Dari hasil penelitian yang dipimpin oleh Prof Supiandi Sabiham itu, emisi kelapa sawit hanya 20-25 ton CO2 ekuivalen per hektar dalam satu tahun.
 
Hasil penelitian itu, memutar balikan anggapan Eropa dan Amerika, bahwa emisi kelapa Sawit di Indonesia mencapai 90 ton Co2 ekuivalen perhektar dalam setahun tidak benar. Hasil penelitian di kebun kelapa sawit PT Kimia Tirta Utama (Astra Group), Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak, Riau, selama setahun itu pun terbukti bahwa emisi kelapa sawit tidak sebesar yang digaungkan oleh Uni Eropa selama ini. Hasil penelitian kita ini bisa membuat banyak pihak terkejut. Sebab, emisi kelapa sawit yang disampaikan selama ini tidak sebesar itu. Dan ini bisa mengcounter isu tersebut," kata Supiandi.

Menurut Prof Supiandi, hasil penelitian orang lain yang menyebutkan emisi kelapa sawit di Indonesia mencapai 95 ton CO2 ekuivalen per hektar dalam satu tahun itu sejatinya tidak realistis. Sebab, itu terlampau besar dan penelitian yang dilakukan pun tanpa data yang jelas serta di lakukan di luar Indonesia.

"Metode penelitian yang mereka gunakan itu banyak asumsi. Dan hasilnya tidak realistis. Kalau penelitian kita, pakai data dan melakukan pengukuran langsung di lapangan. Walau satu titik yang kita teliti, dapat mewakili 530 hektar lahan di perusahaan ini. Dan yang paling terpenting, alat yang kita gunakan lebih reasonable daripada penelitan orang lain tadi," jelasnya.

Menurut Supiandi, emisi kelapa sawit itu pada dasarnya ada dua, yakni dari dari akar dan hilangnya karbon dari gambut. Kalau hal itu ditotalkan, kata Supiandi, emisi kelapa sawit memang sangat besar. Sebab, emisi dari akar kelapa sawit bisa mencapai sekitar 74 persen. Padahal yang Net Emition-nya sangat kecil dan hanya mencapai 20-25 ton CO2 ekuivalen.
 
Supiandi juga mengatakan, pihaknya bakal mengekspos hasil penelitian ini di media nasional dan internasional dengan jurnal – jurnal penelitian kami, ini  agar pengusaha kelapa sawit dan khususnya masyarakat dapat mengetahuinya.

Penelitian ini dilakukan sebenarnya berdasarkan permintaan Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) dan Kementrian Perdagangan akibat adanya kampanye negative terhadap sawit menghasilkan emisi yang tinggi.

Sementara itu, penyandang dana penelitian, DPDPKS Kemenkeu telah melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) di PT KTU. Kepala Divisi Program Pelayanan Direktorat Penyaluran Dana BPDPKS Kemenkeu Arfie Thahar mengatakan, selama ini pihaknya telah mendanai sebanyak 158 penelitian. "Ada beberapa kategori penelitian yang bisa kita biayai, yakni permintaan kementrian, penawaran proposal penelitian dan seleksi. Sedangkan penelitian yang dilakukan Pak Supiandi dan tim adalah permintaan kementrian," kata dia.
 
Ia menjelaskan, program penelitian ini sejatinya bertujuan untuk meningkatkan produktifitas kelapa sawit Indonesia. Awalnya, kata dia, juga diusulkan Kemenku dan Kementrian Perdagangan karena munculnya isu tingginya emisi kelapa sawit di Indonesia.
 
"Ternyata hasil penelitian dengan metode yang ril, emisi sawit tidak setinggi yang dikampanyekan di Amerika. Dan penelitian ini menjawab kampanye negatif terhadap sawit di Indonesia," kata dia.
 
Sama seperti Supiandi, pihak BPDPKS juga bakal mengekspos hasil penelitian ini supaya informasinya segera menyebar ke publik dan dunia. Sebab, kata Arfie, kelapa sawit bukanlah seperti yang diklaim oleh Eropa dan Amerika.
 
Sementara itu, Administratur PT KTU Achmad Zulkarnain mengatakan pihaknya sangat sangat mendukung dan berperan akti dalam mensupport penelitian penelitian tentang gambut sebagai manifestasi pelaksanaan policy  Astra Hijau dan Astra Cerdas, yang hasil penlitian ini dapat digunakan oleh perkebunanan kelapa sawit secara nasional.
 
"Ini salah satu cara kita bisa membantah isu negatif dari Eropa dan Amerika mengenai kelapa sawit. Kan sama kita tahu hasil penjelasan Prof Supiandi tadi, bahwa kelapa sawit bukanlah parameter emisi yang tinggi untuk kerusakan lingkungan," kata dia.
 
Bahkan menurut Zulkarnain, secara umum industri kelapa sawit sangat menguntungkan, tidak hanya untuk pengusaha dan masyarakat, negara juga sangat diuntungkan dengan tingginya penerimaan devisa dari CPO kita.(ist)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar