Perang Dagang AS-China Memanas

Saham-saham CPO Kembali Terangkat

Ilustrasi pengolahan minyak kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari Indonesia ke China pada paruh pertama tahun ini naik 39 persen year on year menjadi 2,54 juta ton. Kenaikan permintaan CPO dari China ini merupakan salah datu dampak perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS).

Gara-gara perang dagang, China memutuskan mengurangi pembelian kedelai secara signifikan dan menggantikan beberapa kebutuhan dengan minyak sawit.

Head of Investor Relations PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) Michael Kesuma mengamini hal tersebut. Menurut dia, perang dagang antara AS dan China yang terus bergulir memang berpeluang untuk meningkatkan ekspor CPO Tanah Air ke China. Pasalnya, menurut dia, volume ekspor CPO ke China tidak mengalami peningkatan berarti, bahkan turun dalam dekade terakhir.

Mengutip organisasi statistik Oilworld, estimasi konsumsi CPO China turun dari 6,2 uta ton pada 2009 menjadi 5,4 juta ton pada 2018. Meskipun begitu, berdasarkan data GAPKI per 2018, China masih menjadi pasar ekspor CPO terbesar ketiga dengan jumlah ekspor mencapai 4,4 juta ton sepanjang tahun lalu. Berada di bawah ekspor CPO ke Eropa yang sebesar 4,8 juta ton dan India 6,7 juta ton.

Menurut Michael, penurunan ekspor CPO ke China dalam dekade terakhir ini terjadi karena negeri Tirai Bambu ini dapat menghasilkan minyak nabati dari sisa produksi pakan ternak. Produksi pakan ternak ini berbahan dasar kacang kedelai yang mayoritas diimpor China dari AS dan Amerika Selatan.

"Sisa pengolahan kacang kedelai untuk pakan ternak ini dijadikan minyak nabati. China baru ekspor CPO untuk memenuhi sisa kebutuhan minyak nabatinya,” kata Michael.

Oleh karena itu, perang dagang AS-China ini berpotensi menaikkan kembali ekspor CPO Indonesia ke China. 

Sekretaris Perusahaan PT Mahkota Group Tbk (MGRO) Elvi mengatakan, renggangnya hubungan dagang antara China dengan AS cukup berpengaruh terhadap kenaikan nilai ekspor CPO ke negara tersebut. Pasalnya, China menjadi salah satu pangsa pasar terbesar ekspor CPO.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony berpendapat, perang dagang memang membawa optimisme terhadap harga CPO untuk dapat naik kembali. Hal ini terlihat dari pergerakan saham-saham CPO yang meningkat cukup signifikan. 

"Ditambah lagi, saham-saham CPO ini sudah turun cukup dalam beberapa tahun ini sehingga penurunannya lebih terbatas dibandingkan kenaikannya,” kata dia. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar