Industri

GAPKI Sumut:Tak Perlu Ekspor, CPO Bisa Diserap Dalam Negeri

Minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebelum pengiriman.

MEDAN- Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumatra Utara, Timbas Prasad Ginting mengatakan, minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) itu tak perlu di ekapor, sebab serapan dalam negeri bisa lebih besar.

"[CPO] bisa [digunakan] buat bioavtur, biobensin, tidak perlu ekspor CPO pun bisa diserap dalam negeri," katanya, Jumat, 22 Maret 2019 di Medan.

Dikatakannya, untuk produk FAME, 0meskipun cukup banyak produsen yang ditunjuk untuk memasok FAME sebagai campuran biodiesel, penggunaan di tingkat akhir masih minim sehingga penyerapan bahan bakar nabati tak secepat bahan bakar minyak. 

Timbas juga mengatakan, seperti yang dilaporkan Bisnisl bahwa saat ini memang diperlukan kepastian usaha dari sisi regulasi yang menjamin seluruh varian hasil olahan CPO bakal terserap. Regulasi tersebut, katanya, menjadi modal agar bisnis pengolahan berjalan lancar. 

Dari sisi ketenagalistrikan, pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) yang menggunakan palm oil mill effluent  (POME) atau limbah cair kelapa sawit pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) yang berasal dari limbah seperti cangkang kelapa sawit dan kayu, sekam padi, tongkol jagung, ampas tebu, dan serbuk kayu baru menyumbang 0,1% atau sebesar 11,9 mega watt (MW) dari total kapasitas terpasang yaitu 2.011 MW.

Sementara itu, tenaga listrik terbesar berasal dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yakni 867,2 MW atau  43,1% dan PLTA jenis pump storage sebesar 500 MW atau 24,9% dari porsi total. Adapun, dari sisi beban puncak, tercatat sebesar 1.487 MW. 

Padahal, bila melihat realisasi penanaman modal asing (PMA) di Sumut, sektor ketenagalistrikan menjadi sektor paling menarik. Sektor ketenagalistrikan termasuk gas dan air masih menjadi penopang utama dengan realisasi sebesar Rp7,85 triliun dari total realisasi Rp24,82 triliun sepanjang 2018.  

Antisipasi Penurunan Ekspor

Sebagai daerah penghasil yang selama ini mengekspor minyak kelapa sawit, upaya hilirisasi pun harus diantisipasi dengan peluang turunnya nilai ekspor. Sebagai gambaran, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara, pada Januari 2019, neraca perdagangan luar negeri mengalami surplus US$224,6 juta atau naik 13,5% dibandingkan dengan Desember 2018 yakni US$197,9 juta. 

Sementara itu, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, surplus neraca perdagangan naik tipis yakni 0,6% dari US$223,1 juta. Perinciannya, dari sisi sektor penopang ekspor yakni pertanian sebesar US$55,8 juta dan industri sebesar US$626,4 juta. Adapun, beberapa negara tujuan ekspor yakni Amerika Serikat dengan US$97,5 juta; China dengan US$61,9 juta dan India US$59,1 juta. 

Dari sisi impor, pada Januari 2019, nilai impor yang terealisasi sebesar US$457,7 juta atau naik 1,5% dibandingkan Desember 2018 yakni US$464,8 juta. Kendati demikian, realisasi impor pada Januari 2019 turun sebesar 2% bila dibandingkan dengan realisasi pada Januari 2018 yakni US$467 juta. 

Berdasarkan golongan penggunaan barangnya, pada Januari 2019, impor didominasi bahan baku penolong dengan nilai US$383,9 juta atau berkontribusi sebesar 83,8%; diikuti barang modal dengan nilai US$41,6 juta dan barang konsumsi US$31,2 juta. 

Oleh karena itu, upaya hilirisasi kelapa sawit didorong sambil tetap memperhatikan upaya diversifikasi produk ekspor sehingga surplus neraca perdagangan tetap terjaga.(rdh)  


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar