Industri

Perlu Peta Jalan Industri Kopi

SURABAYA-Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur mengusulkan agar pemerintah bersama swasta membuat peta jalan pengembangan produksi kopi dari hulu sampai hilir mengingat tingginya permintaan komoditas tersebut di pasar dunia.

Ketua GPEI yang juga Sekretaris Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki), Isdarmawan Asrikan mengatakan, peluang ekspor kopi dunia sangat besar seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan gaya hidup masyarakat dalan menikmati kopi. Hanya saja, peluang tersebut masih belum diimbang dengan produktivitas tanaman kopi, bahkan Indonesia masih cenderung melakukan impor kopi.

Kebutuhan kopi di Jawa Timur masih disuplai dari provinsi lain seperti Sumatra Selatan, Bali, dan Flores. "Kekurangan produksi ini menjadi tantangan kita bersama baik pemerintah, swasta, petani, dukungan Bank Indonesia juga. Untuk itu perlu ada peta jalan yang jelas, perlu diadakan invetarisasi di tiap daerah, apakah kebunnya perlu direhabilitasi atau bagaimana, ada pengembangan areal kebun, dan juga perawatan intensif," jelasnya di sela-sela Ngopi Bareng Bank Indonesia, Senin, 11 Maret 2019.

Dia mengatakan, secara nasional, produksi kopi rerata hanya mampu mencapai 600.000---700.000 ton atau dengan produktivitas sekitar 700 kg/ha. Jumlah tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan produksi kopi di Vietnam yang mencapai 2---3 kali lebih banyak atau sekitar 2 ton/ha. 

"Khusus di wilayah Jatim, rerata produksi hanya 70.000 ton dengan produktivitas yang 700 kg/ha, tetapi ada juga daerah tertentu yang produktivitasnya bisa mencapai 1,5 ton/ha karena digarap dan dirawat dengan optimal," jelasnya.

Isdarmawan menambahkan, pertumbuhan permintaan kopi ini juga diimbangi oleh tren kebutuhan bagi usaha kopi di tingkat hilir. Saat ini, konsumsi kopi di Indonesia sudah meningkat dari sebelumnya, yakni dari 1,5 kg/kapita menjadi 2,5 kg/kapita.(tps)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar