Regulasi

Harga CPO Makin Merosot, 'Betah' di Zona Merah

JAKARTA-Pada perdagangan hari ini, Senin, 11 Maret 2019 harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sepertinya masih betah berada di zona merah. Harganya kembali terkoreksi sebesar 0,38 peren di posisi MYR 2.117 per-ton atau sekitar 517,86 dolar AS per-ton di Bursa Malaysia Derivatives Exchange.

Jika dihitung, ini adalah hari keempat harga komoditas unggulan Indonesia dan Malaysia ini terkoreksi, dan bahkan posisinya terendah di 2019.

Rilis data oleh Malaysian Palm Oil Board (MPOB) pada siang hari ini membuat pelaku pasar kembali dihantui banjir pasokan tahun ini.

Pasalnya MPOB mengatakan bahwa jumlah ekspor minyak sawit Malaysia pada bulan Februari berkurang sebanyak 21,4% menjadi hanya 1,32 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya (MtM). Bahkan jumlah tersebut berada di bawah konsensus pasar yang memprediksi angka ekspor berada di level 1,43 juta ton.

Memang, produksi minyak sawit Malaysia juga terpangkas 11,1% MtM menjadi 1,54 juta ton pada bulan Februari dan juga lebih sedikit daripada konsensus pasar. Artinya pengurangan produksi melampaui ekspektasi pelaku pasar.

Namun karena ekspornya jatuh terlalu dalam, maka stok minyak sawit masih membukukan peningkatan bulanan sebesar 1,3%. Peningkatan stok ini merupakan kabar buruk bagi pelaku pasar, sebab mencerminkan keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) yang sedang timpang.

Minggu lalu, Reuters mengabarkan bahwa pelaku industri memperkirakan adanya kontraksi dari segi permintaan di pasar minyak sawit global sepanjang 2019-2020, sebagai dampak adanya kenaikan produksi domestik di India.

"secara umum, ketersediaan minyak minyak masak di India akan lebih tinggi, dan akan mengurangi ketergantungan kami terhadap minyak impor," kata Athul Chaturvedi, Direktur Adani Wilmar Ltd, salah satu perusahaan minyak nabati terbesar di India. "impor minyak masak India akan berada pada level yang mirip dengan tahun lalu [2018]."

Maraknya kampanye negatif akan minyak sawit yang disebut-sebut berperan besar dalam deforestasi di daerah tropis membuat impor produk-produk sawit di Benua Biru mendapat hambatan.

"Negara-negara Eropa bisa memperketat impor minyak sawit," kata pialang di Kuala Lumpur yang biasa memasok minyak sawit ke Eropa, mengutip Reuters. "importir tampaknya akan enggan untuk mengambil risiko."

Dari sisi lain, harga minyak kedelai kontrak Mei di bursa Chicago hari ini masih terhitung turun 0,03% yang juga membebani pergerakan harga CPO. Pasalnya kedua produk tersebut saling bersaing di pasar minyak nabati global karena sifatnya yang saling substitusi.(rdh/cnbc)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar