Industri

Kemenprin Dorong Pengembangan Paraffin

Pengrajin batik.

JAKARTA- Gati Wibawaningsih, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian, menilai pengembangan parafin penting dilakukan untuk mempercepat alur produksi batik, tanpa perlu menunggu impor bahan baku parafin.

Menurutnya, parafin mencakup 15%-30% dari seluruh komposisi yang diperlukan dalam proses pembuatan batik.

Subtitusi dengan menggunakan lilin dari minyak kelapa sawit (crude paim oil/CPO) bukan hanya mengganti produk impor, tetapi dapat mendorong berkembangnya industri pengolahan baru.

"Nanti tinggal dipromosikan untuk mencari investor. Kami kerja sama dengan BPPT dan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) untuk mencari investor," ujar Gati.

Dia menjelaskan, harga batik tidak akan turun signifikan dengan penggunaan lilin hasil olahan sawit. Namun, apabila harganya lebih kompetitif, pengusaha batik akan lebih tertolong dalam hal efisiensi biaya produksi.

Produk lilin  olahan CPO tersebut merupakan hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam pengembangan diversifikasi produk olahan minyak sawit.

Perekayasa BPPT Indra Budi Susetyo menjelaskan substitusi parafin penting dikembangkan karena minyak kelapa sawit yang melimpah di Indonesia.

Berdasarkan catatan Asosiasi Produsen Biofuel (Aprobi), produksi CPO pada 2018 mencapai 42 juta ton dan produksi minyak inti sawit mentah mencapai 4,7 juta ton. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.(tps)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar