Industri

Kebutuhan CPO untuk Pertamina, Gapki :Supply No Problem, Harga Belum Jelas

minyak mentah sawit atau crude palm oil (CPO)

JAKARTA-Saat ini Pertamina membutuhkan minyak mentah sawit atau crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku untuk dicampur dengan minyak mentah menjadi bahan bakar ramah lingkungan atau green BBM-LPG-Avtur. Bahkan, tahun ini, Pertamina akan melakukan uji coba membuat bahan bakar ini di empat kilang, Plaju, Cilacap, Balongan dan Dumai. Uji cobanya dilakukan secara bertahap.  

Terkait dengan kebutuhan CPO ini, Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan terkait pasokan tidak ada masalah. "Supply no problem, harga yang belum jelas," ujarnya, Rabu, 2 Januari 2018.

Berdasarkan data Gapki, hingga Oktober 2018 produksi sawit Indonesia mencapai 4,5 juta ton. Hingga saat ini, belum ada hitungan perkiraan kebutuhan CPO jika pengembangan 4 kilang berlaku penuh.

Berdasarkan paparan Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero), Budi Santoso Syarif, sampai saat ini Pertamina telah menguji coba di Kilang Plaju dengan metode co processing. Di kilang itu, Pertamina menguji coba mencampur CPO dengan minyak crude (mentah).

"Nanti dicampurnya dengan katalis cracking, katalis merah putih yang hasil produk dalam negeri. Ini diujicoba 5 Desember sampai 10 Desember, RBDPO dimasukkan ke Plaju. Kami coba tambahkan minyak sawit, dan octan number bahan bakarnya naik terus," kata Budi, Kamis, 27 Desember 2018 lalu.

Ia memerinci saat dicampur minyak sawit 5%, oktannya menjadi 90,7. Kemudian jika ditambah 7,5% oktannya bisa 91,3. Dan terakhir kandungan sawit dinaikkan jadi 12%, octan numbernya pun mencapai 92.

Proyeksinya, jika berjalan lancar, produksi green gasoline 92 bisa mencapai 3 juta barel per bulan atau 487 ribu KL. Sementara LPG bisa mencapai 1 juta barel per bulan atau 104 ribu ton per bulan. "Ini bisa kurangi penggunaan crude 23 ribu barel sehari setara dengan penghematan US$ 500 juta per tahun."

Bedanya dengan B20, bahan sawit yang digunakan oleh Pertamina bukan FAME melainkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) atau CPO yang diolah dan dibersihkan getahnya serta baunya. Sumber yang sama untuk hasilkan margarin atau minyak goreng.

"Pencampuran langsung CPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kualitas lebih tinggi karena nilai octane mengalami peningkatan," kata Budi.

Ke depan, langkah ini akan diikuti di kilang lainnya, yakni di RU Cilacap, Balongan dan Dumai serta akan diperluas untuk jenis bahan bakar lainnya, baik green diesel (bahan bakar solar) maupun green avtur.(*/bc/rd)

 

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar