Humaniora

Tragedi Setan (40) : Godaan Setan Itu Sangat Halus

Al-Muhasibi tidak menolak bahwa Iblis dapat membujuk seseorang untuk menjauh dari kebaikan. Sebab itu secara transparan sudah dapat diketahui. Tapi yang sangat berbeda adalah menerima kenyataan, bahwa Iblis secara aktif melibatkan dirinya dalam mendesak kinerja dari sesuatu yang kelihatannya merupakan perbuatan yang sangat baik.

Alasan-alasan Muhasibi ini tampaknya memiliki pengaruh besar pada pikiran para Sufi. Sebab dengan demikian bisa diketahui, peran Iblis menyebarluaskan kebaikan yang bersifat mendua, yang memperlihatkan kehalusan, kedalaman dan sifat tragis dari kepribadian Iblis.

Kebaikan-kebaikan kecil seperti apakah yang dilakukan Iblis? Kesempatan yang paling disukai Iblis untuk mendesak perbuatan-perbuatan orang saleh adalah selama waktu shalat. Setan mengisi pikiran dengan pendangan-pandangan hari akhir dan dengan nasihat-nasihat tentang bagaimana melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Pikiran-pikiran yang baik ini akan menyebabkan perubahan perhatian konsentrasi dan shalat itu sendiri. Akibatnya, seseorang yang beriman akibat belok dari kewajibannya semula, kebaikan yang lebih besar.

Iblis tidak berhenti pada nasihat yang sederhana saja. Dia mengarahkan seseorang dari anjuran perbuatan yang sebenarnya. Al-Ghazali menceritakan kisah sekelompok orang-orang saleh yang berkumpul untuk mencoba mengganggu ibadah mereka tetapi tidak berhasil. Mereka tetap meneruskan ibadahnya dengan ketaatan yang justru lebih besar.

Tak lama kemudian sekelompok yang lain datang dan duduk mendiskusikan berbagai topik duniawi, sampai terjadi ketidaksepakatan yang mengarah pada kekerasan di antara mereka. Kelompok ini terlibat pertengkaran ramai.

Melihat itu, kelompok orang-orang saleh itu terdorong menengahi pertengkaran itu. Untuk melakukan itu, mereka akhirnya menghentikan dahulu ibadahnya. Para orang saleh itu bangkit dan memisahkan orang-orang yang sedang bertengkar. Dengan begitu, secara halus, orang-orang saleh itu telah tergoda setan. Ini tentu saja merupakan tujuan setan yang pertama!

Iblis menyusun jaringannya yang sangat halus di sekeliling Sufi yang telah mengalami perkembangan di dalam Jalan Mistik. Sufi yang terlatih telah kebal terhadap bujukan-bujukan kasar hawa nafsu dan dunia. Itu pula yang membuat Al-kubra menyatakan, "Aku sedang mendekatkan diri kepada Allah dalam kesunyian, dan mengerjakan dzikr, ketika Iblis yang terkutuk datang dan melakukan berbagai tipu daya terhadapku. Setelah itu pedang ketentuan terlihat dalam genggamanku, yang dari bagian ujung sampai ke pangkal tertulis dengan nama Allah.

Dengan pedang ini aku menghilangkan desakan-desakan yang membelokkan diri dari Allah. Saat itulah timbul gagasan dalam pikiranku bahwa aku bisa menyusun sebuah buku di dalam kesunyian itu yang akan aku beri judul, "Tipu daya Iblis Sang Penentang Untuk Menyesatkan Para Murid."

Aku berkata kepada diriku sendiri,"Hal itu mungkin tidak dibenarkan kecuali dengan seizin syekh." Aku mencoba mendapatkan nasihat dari syekh yang gaib, dan aku mendengar kata-katanya karena kesempurnaan penyatuan antara beliau dan aku.

"Lakukanlah gagasan itu, karena Allah tidak melakukan apa-apa dengan gagasan tersebut maka ini adalah sebuah dorongan setan. Dia telah memikat engkau ke dalam tipu muslihatnya, dia yang menyebut dirinya Iblis yang suka menentang.

Apakah engkau menganggap dia tidak mencaci-maki dirinya sendiri? Engkau beranggapan, itu tidak berhubungan? Tujuannya, untuk membelokkan engkau dari menyebut nama Allah, dan untuk membuat semua yang terjadi serba salah." Dari dia akhirnya aku menyadari dan segera mengakhirinya. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar