Humaniora

Tragedi Setan (35) : Jangan Terkecoh Harta dan Jabatan

Ada beberapa orang yang mencintai hawa nafsunya. Dan itu secara tak langsung berarti mencintai Iblis, musuh Allah, yang senantiasa mendorong mereka pada kebodohan yang lebih besar dan ketidakpedulian yang terus menerus akan cinta Allah Yang Maha Tinggi.

Beberapa orang yang terpelajar melaporkan, bahwa Abu Muhammad berteriak-teriak yang ditujukan kepada setiap orang sebagai "Wahai kekasih!" Dan aku berkata kepadanya, "Sahabat kita ini bukanlah seorang kekasih sebagaimana yang engkau katakan."

Dia berbisik di telingaku,"Ini bukanlah omong kosong, apakah manusia merupakan seorang yag beriman atau seorang yang munafik. Karena jika dia adalah orang yang beriman, maka dia adalah seorang kekasih Allah Yang Maha Tinggi. Jika dia orang yang munafik, maka dia adalah seorang kekasih Iblis."

Pekerjaan-pekerjaan setan yang didiskusikan oleh para Sufi, dengan berdasarkan pada hadits-hadits, berkenaan dengan praktek kehidupan manusia sehari-hari, terutama kewajiban-kewajiban religius yang bersifat lahiriah. Para Sufi memberikan peringatan, tujuan setan adalah untuk menggoda manusia agar lalai, terburu-buru atau kebingungan. Dan setelah itu, dia akan mengerjakan semua perbuatan keagamaan atau tindakan lain terlarang.

Perbuatan-perbuatan ini berkisar dari masalah sederhana pada kebersihan badan (misalnya kebersihan kuku di mana setan akan hinggap pada kuku yang tidak dipelihara pendek dan bersih), sampai pada perintah-perintah ritual yang lebih luas yang mendahului shalat, seks dan lainnya.

Tidak hanya penciptaan kesalahan dalam perbuatan ritual sebelum shalat, tetapi juga upaya-upayanya untuk merusak perbuatan shalat itu sendiri telah memenuhi pikiran para ahli Sufi. Mereka mengulangi kambali amanat para ahli hadits untuk mencegah orang-orang yang akan mengganggu shalat seseorang, baik mereka roh-roh halus atau manusia, karena pengganggu-pengganggu itu diakui sebagai tentara Iblis.

Referensi untuk hadits-hadits utama yang dimasukkan dalam kumpulan hadits Al-Bukhari, Muslim dan Ibn Maja juga menjadi perdebatan di kalangan Sufi. Tentang tidur, misalnya, dalam hadits yang menggambarkan leher yang terikat dan pengencingan setan pada telinga orang yang tidur di sepanjang malamnya.

Untuk yang terakhir ini, maksud hadits itu lebih jelas dalam konteks Kesufian, karena berhubungan dengan anjuran untuk shalat malam, berjaga-jaga, dan perbuatan yang sejenisnya. Jika seseorang sangat lamban sehingga tidak dapat bangun atau bahkan tidak dapat mengingat nama Allah, maka dia akan menderita nasib aneh yang sama seperti nasib orang-orang yang diceritakan dalam hadits.

Memandang rendah tidur adalah biasa di antara para Sufi atau ahli pencatat hadits. Namun Al-Hujwiri tidak ragu-ragu untuk menekankan, bahwa suatu perbedaan yang pasti dalam pandangan telah terjadi di antara pengikut Jalan Mistik.

Mereka yang mengambil sikap yang bertentangan dengan anggapan yang merendahkan tidur telah menyatakan, tidur ini merupakan suatu keadaan penangguhan moral, di mana para Sufi mengerjakan kebaikan dan juga keburukan, karena keinginan bebasnya untuk sementara waktu akan tidak berfungsi. Akibatnya, para syekh tidak menganggap tidur sebagai waktu dimana aktivitas setan digantung. Sebaliknya, tidur ini serigkali merupakan waktu untuk pengalaman pandangan bathin. Iblis harus menunggu terjadinya kembali keadaan yang lemah untuk memulai lagi penggodaaannya.

Ibnu Abbas berkata :"Tak ada sesuatu yang lebih mengganggu bagi Iblis selain dari tidurnya seorang pendosa. Kapan pun si pendosa tertidur, dia berkata, "Kapan saja dia bangkit dan terbangun maka dia menentang Tuhan?"

Gaung selanjutnya dari literatur hadits terlihat, perhatian para Sufi terhadap terbit dan terbenamnya matahari diantara tanduk-tanduk setan, dan penempatan sumber fitnah dan perselisihan di daerah-daerah sebelah Timur tempat matahari terbit. Al-Makki menekankan perbedaan dan pembaharuan (bid'ah) sebagai sesuatu yang paling bersifat merusak dari semua dosa-dosa. Mereka memperkeraskan hati orang-orang yang tunduk kepadanya, yang menyebabkan mengingat Allah itu menjadi tidak mungkin, dan menjadikan manusia, laki atau perempuan, benar-benar menjadi penurut terhadap Iblis untuk berlaku semaunya sendiri.

Pembicaraan terakhir yang berakar pada praktek kehidupan sehari-hari manusia dari literatur hadits terlihat pada perhatian Sufi terhadap kejujuran dan kebenaran dalam transaksi perdagangan atau jual beli. Dan juga peringatan mereka terhadap perhatian yang berlebihan pada kekayaan materi seseorang.

Al-Makki menasihatkan, pedagang yang jujur untuk senantiasa waspada jika tidak ingin takluk terhadap persetujuan-persetujuan dengan Iblis yang kotor. Dan dia jangan menjadi orang yang pertama dalam menjual beli atau orang yang terakhir meninggalkannya, karena setan lahir dan berkembang dalam tempat seperti itu. Jadi seorang pedagang harus berikhtiar mengatasi kehidupan setan sendiri.

Pembahasan tentang perniagaan ini merupakan titik batu loncatan untuk analisis Sufi yang lebih penting tentang pengaruh-pengaruh terhadap manusia dari keserakahan dalam semua bentuknya. Misalnya dalam perolehan uang, kehormatan dan kekuasaan, semua yang mengarah pada penindasan terhadap yang lemah dan tidak berdaya. Keserakahanlah yang merupakan pintu bagi dunia, Al-Makki mengatakan kepada kita; keserakahanlah yang timbul dari sifat cinta dunia, cinta dunia ini merupakan puncak dari sifat penuh dosa.

Ada sebuah kisah tentang Nabi Isa AS. Dia sedang dalam perjalanan bersama sekelompok muridnya dan menemukan emas yang bertaburan di atas tanah. Dia berhenti di depan emas itu dan berkata, "Ini adalah sesuatu yang mematikan, berhati-hatilah terhadapnya." Kemudian dia dan para sahabatnya meneruskan perjalanannya.

Namun ada tiga orang yang tetap tinggal di belakang, menimbang-nimbang tentang emas itu. Dua dari mereka memutuskan untuk menyerahkan beberapa butir dari emas itu kepada orang ketiga untuk ditukar dengan makanan di kota terdekat. Sang penghasut, setan, membisikkan pada dua orang yang tinggal, "Apakah engkau puas jika uang itu akan dibagi tiga? Bunuhlah temanmu itu dan engkau dapat membagi dua uang itu."

Kemudian mereka memutuskan untuk membunuhnya bila dua temannya itu kembali. Setan, sementara itu, mendatangi orang ketiga tadi dan membisikkan padanya, "Apakah engkau benar-benar puas dalam dirimu jika hanya mendapatkan sepertiga uang? Bunuhlah dua temannmu yang lainnya dan semua uang akan menjadi milikmu."

Setelah itu, orang ketiga itu membawa racun dan meletakkannya pada makanan. Ketika dia kembali kepada mereka, kedua orang yang menunggu itu menjatuhkannya dan membunuhnya. Mereka berdua duduk bersantai untuk memakan makanan. Ketika selesai, mereka berdua mati keracunan.

Nabi Isa kembali dari perjalanannya dan dia melihat mereka terkapar di tanah dekat emas. Emas itu masih ada disana. Para sahabatnya tercengang dan berkata,"Apa yang terjadi dengan orang-orang ini?" Dan dia menceritakan kepada mereka tentang peristiwa tragis itu.

Al-Makki dan Al-Ghazali melihat keinginan terhadap materi dan kekuasaan duniawi pada dasarnya sebagai perbuatan manusia akibat nilai kemiskinan kerohanian. Tetapi yang paling mengkhawatiran adalah bayangan-bayangan keinginan yang kemudian terjadi sebagai penyerahan diri pada semua tuntutan setan, yang terus-menerus memberi makan hawa nafsunya yang rakus. Padahal makanan setan ini pada dasarnya hanya akan tertanam dalam kerongkongan manusia, yang akan mengganjal mereka sampai mati.

Jeraminya akan lengket di kerongkongan anda selama beberapa tahun. Jerami apa? Kecintaan terhadap kehormatan dan kekayaan. Kekayaan menjadi jerami, wahai orang yang bertingkah, ketika ia menghalangi jalan air kehidupan dalam kerongkongan. Keinginan akan kekayaan dan kekuasaan biasanya dapat menimbulkan suatu pertumpahan darah, karena orang bisa memberi makan keserakahan seseorang hanya jika merugikan orang lain. Oleh karena itu, kekerasan menjadi sebuah jalan hidup. Jangan binasakan siapa pun karena kemarahan jika tidak ingin kemarahan Allah membinasakan engkau. Menjauhlan di atas keinginan untuk membinasakan makhluk, jangan sampai keinginan ini jatuh ke atas kepalamu sendiri. Kemudian pengadilan akan menjauh darinya, karena bisikan-bisikan setan itu masuk tidak ke dalam hatimu. Wahai engkau yang menyebut diri seorang manusia, jenis kekuatan apa ini, yang Iblis mengotori engkau dengan jalan ini?"

Cinta akan kesenangan seksual dan sesuatu yang berlebihan adalah esensi dari berbagai daya tarik dunia. Sedikit sekali yang tidak tersentuh, karena dengan kesenangan- kesenangan yang tidak berdosa Iblis dapat menghancurkan ketahanan orang yang beriman, mengubah apa yang pada mulanya adalah kesenangan sepintas menjadi sebuah ketagihan yang bersifat merusak.

Al-Muhasibi memperingatkan, sekalipun sedikit pujian yang sederhana pada kecantikan yang dianugerahkan Allah, dapat diatur Iblis menjadi sebuah panah mematikan, yang mampu menjatuhkan orang yang paling saleh dari para Sufi sekalipun.

Aku mendengar Abu Sa'id Al-Kharraz berkata,'Aku melihat Iblis dalam mimpi dan dia berjalan menjauh dariku. Aku berkata kepadanya, "Kemarilah!" Dia menjawab,"Apa yang akan aku lakukan dengan kamu semua? Engkau telah mensucikan dirimu dari hal yang aku gunakan untuk mengecoh manusia!"

Aku bertanya, "Apa itu?" Dia menjawab. Dunia. Ketika dia menjauh dariku, dia berpaling dan berkata,"Kecuali bahwa aku masih memiliki satu daya tarik yang aku simpan untukmu. Aku bertanya,"Apakah itu?" Dia berkata,"Hubungan dengan masa mudamu." Dan Abu Sa'id berkata,"Ada beberapa Sufi yang tidak tercemari oleh hal ini." (bersambung/jss)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar