Humaniora

Tragedi Setan (33) : Iblis Selalu Kabarkan Sebagai Utusan Allah

Seorang murid tidak hanya harus mengembangkan diri ke arah kebaikan-kebaikan keluarga dan duniawi. Dia juga harus menetralkan intensitas kehidupan fantasinya melalui upaya yang keras dan keimanan kepada Allah.

Inilah satu-satunya sarana spiritual yang tersedia dalam usaha mengembangkan kepekaan ke arah kewaspadaan terhadap gerakan-gerakan roh-roh batin. Ini merupakan proses penemuan sarana-sarana baru yang terus terjadi selama perjalanan seseorang sepanjang menapaki jalan spiritual.

Tentang persoalan ini, Al-Muhasibi menggambarkan. "Ini seperti seseorang yang sedang berjalan di jalan gelap yang pekat. Matanya tidak akan berguna baginya tanpa sebuah lampu. Begitu juga lampu itu tak akan berguna baginya tanpa pandangan mata yang sehat.

Pandangan atau lampu tak akan berguna baginya jika mengarahkan pandangannya ke tempat lain, dan berjalan dengan tidak hati-hati.

Dan jika dia memandang ke atas, ke arah langit, sekalipun pandangannya itu baik dan lampunya bersinar terang, maka dia akan seperti seseorang tanpa pandangan dan tanpa lampu. Dan jika dia memandang ke arah tanah tanpa lampunya, maka dia akan seperti seseorang tanpa pandangan. Pandangan yang sehat adalah seperti akal, dan lampu seperti ilmu. Dan memandang dengan hati-hati pada akal, yang sedang berusaha untuk mendapatkan pandangan melalui ilmu, dan mengarahkan perhatian pada apa yang datang pada pikirannya sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.

 

IBLIS & DUNIA KESENANGAN

Sifat keterlibatan Iblis dengan manusia, dalam pandangan dunia Sufi tidak terbatas pada bentuk fisik dan psikologis manusia. Iblis berhadapan dengan tataran eksterior (kejasmaniahan) dan juga tataran interior (batiniah). Dan tataran eksterior atau jasmani ini dapat diidentifikasi dengan mudah.

Iblis berkata kepada setan-setannya,"Sesuatu telah terjadi! Pergilah, dan lihatlah apa itu." Dan kemudian mereka cepat-cepat pergi sampai tak satu pun yang tinggal. Mereka kembali dan berkata,"Apa yang kita tahu?" Iblis menjawab,"Aku akan kembali membawa cerita untukmu!" Setelah itu dia pergi.

Ketika dia kembali dia berkata,"Allah telah mengutus Muhammad." Dia (Iblis) mulai mengirimkan setan-setannya kepada para sahabat Nabi, tetapi mereka (setan-setan itu) kembali, dengan rasa kecewa, seraya berkata, "Kita tidak pernah berhubungan dengan orang-orang seperti itu sebelumnya. Kita telah mempengaruhi beberapa dari mereka tetapi kemudian mengerjakan shalatnya dan semua pengaruh tadi terhapuskan."

Iblis berkata kepada mereka,"Pengaruhilah mereka sedikit demi sedikit. Barangkali Allah akan membukakan dunia terhadap mereka dan kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan dari mereka."

Dunia, ad-dunya, merupakan istilah yang diterapkan untuk menggambarkan daerah eksterior atau kejasmaniahan dari Iblis. Begitu dekatnya penyatuan antara Iblis dan dunia sehingga mereka kadang-kadang diidentifikasikan, bahwa yang sebanding dengan dunia adalah Iblis. Allah telah menciptkan Iblis untuk memisahkan dia dan mengutuknya, dan jika Dia (Allah) menyakiti dia, maka dia (Iblis) akan menyakiti yang lainnya. Jika dia (Allah) telah menghancurkan dia, maka dia (Iblis) akan menghancurkan yang lainnya. (bersambung/jss)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar