Industri

Kebijakan B20, Riau jadi Leading Sector Bidik DBH Minyak Sawit

PEKANBARU - Sebagai penyumbang devisa ekspor terbesar Indonesia, total nilai ekspor kelapa sawit Indonesia di tahun 2017 (BPS, 2017) mencapai Rp307,39 triliun. Dari total nilai ekspor tersebut, Provinsi Riau merupakan Provinsi terbesar penyumbang devisa ekspor dengan kontribusi sekitar 43,67 persen dengan nilai sebesar Rp 139,27 Triliun. 

Atas dasar itu, Pemerintah Provinsi Riau sudah mencoba berupaya agar bisa mendapatkan dana bagi hasil dari ekspor Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil). Namun usaha itu masih mental dan sepertinya Provinsi Riau diminta untuk menjadi leading sector atau yang maju duluan.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Riau, Indra Lukman Agus, Jumat (19/10/2018). Saat ini, lanjutnya pada momen pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan B20 bahkan B30, maka hal ini bisa dibidik lagi.

"Minimal dari CPO sudah bisa masuk pendapatan, itu terhitungnya di minyak dan gas," ujarnya.

Caranya, kata dia, dengan wajibnya 20 atau 30 persen komponen CPO pada Minyak Solar, maka itu bisa diambilkan untuk DBH. Terlebih lagi jika Indonesia ekspor Biofuel tersebut.

Menurutnya sudah ada tembuk 17 provinsi penghasil CPO agar daerah mendapatkan DBH dari komoditas itu. Namun mental karena saling menunggu Provinsi Riau yang diharapkan jadi leading sector.

"Riau ini kan hanya penghasil CPO saja, beda dengan Sumatera Utara, sudah ada yang diolah jadi bahan makanan, sabun, dan kosmetik. Kalau kita tidak, hanya melihat saja Truk CPO berjalan," ungkapnya. Bay

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar