KUALA LUMPUR-Mendekati bulan September 2018, India semakin khawatir. Peramal cuaca independen di India memprediksi, bulan itu El Nino akan mengoyak Negeri Taj Mahal itu. Panen kharif India akan puso, di tengah kurs Rupee yang melorot tajam.

Dalam seminar POINTERS disebut, bahwa akan ada kenaikan harga kedelai dan minyak kedelai menjelang akhir tahun. Ini karena harga kedelai impor China akan naik dengan adanya tambahan tarif 25%.

Efek perang dagang AS-China itu tetap besar pengaruhnya. Kondisi ini bagus untuk harga CPO dan impor minyak sawit ke Negeri Panda itu.

Minyak sawit juga diuntungkan dengan minyak gas yang diperdagangkan dengan harga premium. Dari gambaran itu maka tampak, bahwa minyak sawit akan bullish/naik.

Grafik 1: Minyak gas vis-à-vis harga minyak sawit

Namun ada batu sandungan. Sebagian besar komoditas diperdagangkan dalam bentuk dolar AS. Dengan begitu, antara USD dan rupee India akan menjadi hambatan untuk prospek permintaan minyak sawit India.

Seperti diketahui, Rupee India terdepresiasi dolar. Ini akan membatasi permintaan minyak sawit India. Hal yang sama juga terjadi pada Ringgit Malaysia dan Rupiah Indonesia.

Penguatan dolar AS ini akan berpengaruh terhadap harga minyak sawit Indonesia maupun Malaysia.

Grafik 2: Rupee India / nilai tukar USD	Grafik 3: Nilai tukar Rupiah Indonesia / USD	Grafik 4: Kurs Malaysia Ringgit / USD

Untuk itu diprediksi, tahun 2018 tidak mungkin terjadi peningkatan impor minyak sawit India. Sebab penurunan/bearish pada impor minyak nabati mengakibatkan seluruh impor minyak nabati, termasuk minyak sawit terkena kenaikan tarif.

Dari berbagai analisis itu, maka kemungkinan impor minyak nabati India akan turun 14,87 juta MT atau 10,8% menjadi 138 juta MT di 2017/18 dari 152,87 juta MT pada 2016/17. pointers/jss