Industri

Mitigasi Covid 19, PKS Tunjukkan Pahlawan Sawit Indonesia

PEKANBARU - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) berharap supaya para pemilik Pabrik Kelapa Sawit (PKS) lebih meningkatkan kinerja operasional pabriknya. Negara kita sangat membutuhkan kinerja PKS untuk menghasilkan CPO baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk tujuan eksport.

"Dari catatan kami, 70 persen produksi CPO kita adalah di eksport, 30 persen untuk kebutuhan dalam negeri, namun dengan kondisi Wabah Covid-19 ini saya melihat kebutuhan dalam negeri pasti semakin meningkat, karena CPO ini adalah bahan baku hampir semua sabun dan material disinfectan lainnya, belum lagi untuk kebutuhan obat-obatan tertentu yang menggunakan CPO sebagai bahan baku dasar," jelas Ketua Umum DPP APKASINDO yang membawahi 22 Provinsi, Ir Gulat ME Manurung MP C APO ketika ditemui di kantornya jalan Arifin Ahmad Selasa (14/04/20).

Kata Gulat, karena itu tiga provinsi penghasil CPO terbesar di Indonesia yaitu Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat menjadi perhatian serius dari pemerintah. Apalagi katanya, Sawit Riau ini sangat unik, dari 3,38 juta Ha perkebunan sawit, 56% Perkebunan Kelapa Sawit ini dikelola oleh Petani, baik itu dalam bentuk Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi maupun perorangan, jadi wajar saja dari hasil penelitian dan data Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau mengatakan bahwa Perekonomian Riau 39,31 persen ditopang oleh ekonomi Perkebunan kelapa sawit dan produk turunannya, sehingga memerlukan kebijakan khusus dari pemerintah Riau untuk mengantisipasi dampak dan mitigasi Covid-19 ini.

"Dari sektor industri, sebanyak 167 dari 219 perusahaan di industri makanan di Riau yang menggunakan produk kelapa sawit dengan serapan tenaga kerja mencapai 70,60 persen dari total tenaga kerja industri besar dan sedang. Kemudian dari kinerja ekspor tahun 2018, 61,47% ekspor Riau adalah minyak dan lemak nabati, dimana 91,20% nya adalah minyak mentah kelapa sawit (CPO) yang diekspor ke Tiongkok, India, negara-negara ASEAN dan MEE, ujarnya.

Gulat meminta Pemprov Riau supaya sangat ekstra hati-hati mensiasati mitagasi Covid-19 ini khususnya di sektor Industri dan perkebunan Kelapa Sawit. Terkait Pekanbaru sudah masuk dalam Kategori PSBB, Gulat menjelaskan tidak ada hubungan signifikan antara PSBB nya Pekanbaru dengan Kinerja PKS, apalagi PSBB Pekanbaru hanya diberlakukan pada jam malam saja.

"Kami APKASINDO, mendukung penuh segala upaya dan mitigasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru dalam memerangi Vicod-19 ini. Selain untuk tujuan eksport, CPO sebagai produksi dari PKS sangat dibutuhkan sebagai bahan baku untuk membuat sabun debagai disinfecatan, obat-obatan, dan minyak goreng, produk ini sangat dibutuhkan dalam jumlah besar oleh masyarakat terkhusus dalam situasi pendemi Corona ini, belum lagi produk turunan lainnya," ujar Gulat yang sehari-harinya sebagai Ketua Umum  berkantor Pusat di Kementerian Pertanian, Jakarta.

Secara Nasional katanya, ada sekitar 18 juta manusia yang menggantungkan hidupnya pada tanaman ini. Belum lagi Ring 2, 3 dan 4 yang bersentuhan dengan aktivitas kelapa sawit ini. Dan dari 16,4 juta hektar luas, 42 persen adalah dikelola oleh petani.

"Bisalah kita bayangkan berapa TBS petani yang akan busuk jika produksi rerata perhektar mereka dalam sebulan antara 800 kilogram hingga 1.100 kilogram," Gulat merinci.

Memang harga CPO saat ini trendnya mengarah bagus, sekalipun negara Importir CPO pada lockdown, namun kita sangat diuntungkan dengan menyusulnya Malaysia melakukan Lockdown juga, ya Malaysia sebagai negara kedua terbesar penghasil CPO, jadi Dunia sangat tergantung dengan CPO Indonesia. Kita berharap trend ini bertahan sampai Covid-19 ini berlalu.

"Dengan tidak Lockdownnya Indonesia, kami sangat berharap, PKS PKS mengambil moment ini untuk meningkatkan eksport CPO, karena CPO yang dieksport akan menghasilkan Devisa buat negara yang saat ini sangat membutuhkan dana segar untuk menanggulangi wabah Vicod-19 ini." papar Gulat.

Mendukung PKS tetap beropersi bukan berati APKASINDO mengabaikan SOP Penanganan Covid-19 ini, tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah, kita wajib sekuat tenaga mendukung pemerintah tanpa lockdown, dengan cara dan peran kita masing-masing, ujar Gulat yang juga merupakan  Auditor ISPO ini.

"Kita wajib saling bahu membahu menyelamatkan ekonomi bangsa ini, tentu tanpa mengendurkan standar protokol kesehatan yang sudah dibuat pemerintah. Kini saatnya PKS menjadi pahlawan Bangsa. Dan sejarah akan mencatat bahwa PKS yang ada di Indonesia tidak sekadar bisnis, tapi juga pejuang sawit merah putih," ujar Gulat bersemangat.

Saat Krisis Moneter tahun 1998, sejarah mencatat bahwa Industri Kelapa Sawit adalah salah satu penyelamat ekonomi Nasional, mari kita ulangi prestasi sawit sebagai penyelamat ekonomi nasional disaat Wabah Covid-19 melanda dunia.

"Oleh karena itu Saya yakin, dengan berbagai asumsi dan indikator, sepanjang Indonesia tidak Lockdown, tidak ada alasan PKS tutup, jika PKS memaksakan diri tutup, patut dievaluasi segala perizinannya dan bila perlu dipertimbangkan dicabut izinnya supaya tutup selamanya," tegas Gulat yang juga Kandidat  Doktor Ilmu Lingkungan ini dengan tegas.

Petani Sawit Nihil Covid-19

Hingga saat ini, belum ada satupun pekerja maupun petani kelapa sawit terpapar wabah Covid-19. "Alhamdulillah, dari pantauan kami di 22 provinsi DPW APKASINDO dan 117 DPD Kabupaten/Kota APKASINDO se Indonesia, semua petani anggota kami aman dari Covid-19, terkhusus di Riau setiap hari kami monitor”.jelasnya.

Pekerja dan petani sawit mungkin sedikit diuntungkan lantaran selalu berjemur di terik panasnya matahari saat melakukan aktivitas kebun sehari-hari. Semoga aktivitas rutin semacam ini terus bisa menjaga kami petani sawit dari pandemi corona itu," Gulat berharap.

Meski para Petani masih belum ada terpapar Covid-19, bukan berarti Apkasindo berpangku tangan. "Kami tetap terus berpartisipasi, mulai dari memberikan himbauan kepada Petani Sawit Indonesia, supaya teguh dan displin menggunakan masker dan menyarankan mengkonsumsi Vitamin sebagai suplemen, menyediakan sarana disinfectan di tempat penimbangan TBS, dan terakhir dibeberapa Provinsi DPW Apkasindo, seperti di Riau berperan aktif mendukung Polda Riau dalam bentuk partisipasi penyediaan alat semprot disinfectan dan APD lainnya." paparnya.

Tapi bukan berarti lantaran wabah ini lanjutnya Gulat, aktivitas dan produktifitasnya menjadi turun, rantai pasok TBS ke PKS harus jalan terus.

"Yang penting, patuhi semua aturan yang sudah dibuat pemerintah terkait pandemi Covid itu," ujar Gulat seusai teleconference online dengan Petani Apkasindo di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.(ist)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar