Humaniora

Tragedi Setan (19) : Adam dan Iblis Akhirnya Turun ke Dunia

Pembalasan Iblis telah lengkap. Namun hubungan antara Iblis dan Adam tidak berakhir. Inilah sebuah ironi yang sempurna, dimana kecemburuan dan kebencian yang telah mencirikan hubungan antara Iblis dan Adam benar-benar berperan untuk menghubungkan mereka secara abadi. Mereka tidak akan pernah saling terlepas satu sama lain. Nasib salah satu pihak akan terlibat secara erat dengan nasib pihak yang lain.

Konflik mereka akan dimainkan terus dari masa ke masa, berulang kali dalam kehidupan anak cucu mereka. "Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain"(Al-Qu'an 2:36). Namun, permusuhan keturunan Adam merupakan suatu tanda harapan, sebuah tanda keimanannya kepada Firman Allah. Sementara itu, bagi keturunan Iblis, permusuhannya terhadap ras Adam merupakan suatu tanda bukti dari kekufurannya, ketidakpercayaannya.

Namun jelas terlihat bahwa catatan hadits Muslim sekali lagi menolak untuk menempatkan tanggungjawab atau kesalahan pada pihak Iblis semata. Masing-masing -Iblis dan Adam- secara aktif ikut memainkan peranan dalam kejatuhan dirinya masing-masing. Begitu juga dalam kejatuhan pihak yang lain. Baik ketaatan yang berabad-abad lamanya dari satu pihak manapun adanya hidayah Tuhan dalam pihak yang lain, keduanya tidak cukup melindungi mereka dari jerat kesombongan.

Dalam sebuah kisah diceritakan, Adam bertemu Iblis di daerah gurun yang kering. Adam menyalahkan Iblis atas perbuatannya. Dia berkata kepada Iblis,"Wahai makhluk terkutuk! Perbuatan seperti apa ini, yang menyebabkan terjadi padaku? Engkau telah memikat hatiku. Engkau telah mengeluarkan aku dari surga. Engkau melakukannya terhadapku, apa yang ingin engkau lakukan."

Iblis meratap. Dia berkata,"Wahai Adam, aku melakukannya terhadapmu, seperti apa yang engkau katakan. Aku memang menyebabkan engkau diturunkan ke tempat ini. Namun siapa yang menyebabkan keadaanku juga seperti ini, menempatkan aku di tempat seperti ini?"

Sejarah mitos tentang Iblis, memang tidaklah lengkap tanpa suatu pengamatan terhadap unsur formatif awal dalam rumusan-rumusan tentang peranan Iblis yang ada dalam masyarakat Muslim, yaitu buku-buku petunjuk catatan tradisi atau hadits.

Pengumpulan hadits tentang Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mewakili suatu leteratur keagamaan yang berbeda dari tafsir-tafsir dan dongeng-dongeng kenabian yang telah dipelajari di atas dan mengurutkannya secara kronologis. Sebagian besar bahan hadits, kenyataannya, hanya dikutip oleh penafsir-penafsir Al-Qur'an sebagai bukti bagi interpretasi mereka terhadap teks-teks tertentu.

Buku-buku petunjuk hadits yang paling berpengaruh telah dihimpun dan dibukukan menjelang akhir abad kesembilan Masehi. Sehingga buku-buku ini memberikan suatu pandangan ke dalam strata awal persepsi Masyarakat Muslim tentang peranan Iblis/Ash-Shyaitan dalam kehidupan agama Islam.

Pengumpulan hadits mengalami berbagai permasalahan prosedur. Pada awalnya seseorang dihadapkan dengan kenyataan bahwa tidak tersedia persesuaian atau indeks yang mendaftar hadits-hadits di mana Iblis disebutkan secara khusus.

Seseorang diharuskan untuk mempelajari semua bahan yang ada, karena pembagian buku-buku petunjuk yang diberikan oleh beberapa pengumpul Muslim, dalam berbagai kasus, tidak memberikan petunjuk tentang di mana Iblis dapat ditemukan.

Untuk mempelajari dengan cermat semua literatur hadits yang sama akan memerlukan suatu proyek penelitian tentang hadits itu sendiri. Untuk itu, dalam mencari sosok Iblis yang lebih lengkap, perlu ruang lingkup penyidikan itu dibatasi.

Namun demikian, dapat dirasakan, bahan yang akan dibahas adalah representasi dari aliran-aliran utama dalam pengumpulan-pengumpulan hadits tersebut. Para ahli hadits yang karyanya merupakan fokus konsentrasi adalah Al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Maja.

Baik Muslim ataupun Ibnu Maja tidak mengelola hadits-hadits yang berkenaan dengan Iblis pada bab yang tersendiri. Sebab, agaknya mereka menerbitkannya secara keseluruhan, dan seringkali tidak disangka-sangka. Hanya Bukhari yang kelihatannya secara khusus memberikan dua bab untuk membahas tentang Iblis dan para pengikutnya. Oleh karena itu, kitab haditsnya, Sahih, adalah hadits yang memberikan bahan-bahan tentang Iblis yang paling mudah dicari di antara ketiga pengumpul hadits tersebut. (bersambung/jss)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar