Industri

Sudah 80% Pasar Minyak Sawit Indonesia Kuasai Pakistan, GAPKI Optimis Terus Meningkat

KARACHI - Indonesia menguasai sekitar 80% pasar minyak sawit di Pakistan. Perihal itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meyakini pangsa pasar minyak sawit Indonesia di Pakistan ke depan bisa ditingkatkan. 

"Pakistan memiliki jumlah penduduk yang besar dan akan terus bertambah. Selain itu konsumsi minyak nabati per kapitanya juga masih rendah," ujar Ketua Umum Gapki Joko Supriyono kepada wartawan di Karachi, Pakistan.

Menurut Joko, konsumsi minyak nabati per kapita Pakistan saat ini sekitar 14-15 kg/kepala/tahun. Jumlah itu jauh di bawah Indonesia yang mencapai 21 kg/kepala/tahun atau dunia yang sekitar 23 kg/kepala/tahun. "Jadi tinggal bagaimana kita bisa berkompetisi saja dengan yang lain, seperti minyak kedelai atau lainnya," tuturnya.

Tercatat, dari total nilai ekspor sawit Indonesia yang mencapai USD22,9 miliar pada tahun 2017, Pakistan menyumbang sekitar USD2 miliar atau hampir 10%. Dengan jumlah penduduk 207 juta, kebutuhan Pakistan akan minyak nabati termasuk minyak sawit sebagai bahan baku makanan juga dipastikan terus meningkat.

Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Republik Indonesia untuk Pakistan Iwan Suyudhie Amri mengatakan, pemerintah juga berkomitmen untuk menjaga dan bahkan meningkatkan pangsa pasar minyak sawit Indonesia di Pakistan melalui peningkatan hubungan dagang antara kedua negara. 

Dia mengatakan, pada tahun 2010, pangsa pasar minyak sawit Indonesia di Pakistan hanya 20%. Sisanya, dikuasai minyak sawit asal Malaysia. Namun, pada 2012 Indonesia-Pakistan menandatangani Preferential Trade Agreement (PTA) yang membuat produk sawit nasional makin kompetitif sehingga mampu berbalik mendominasi pasar Pakistan.

Untuk itu, tegas dia, pemerintah akan terus mendorong peningkatan hubungan dagang antara kedua negara. "Jadi tantangan kita adalah bagaimana meningkatkan pangsa pasar tersebut, atau setidaknya menjaga agar tidak berkurang," tegas dia.

Terkait dengan itu, jelas Iwan, pemerintah secara aktif membangun komunikasi dengan eksportir maupun mitranya di Pakistan. Dengan begitu, kata dia, hal-hal yang terindikasi dapat merugikan ekspor sawit Indonesia bisa dideteksi dan ditangani sedini mungkin. Tahun lalu, kata dia, pihaknya menginisiasi Indonesia-Pakistan Palm Oil Joint Committee yang memungkinkan adanya komunikasi yang intens untuk mengatasi persoalan ekspor sawit yang muncul.

Pemerintah Indonesia, lanjut dia, juga kerap menggelar promosi produk-produk sawit Indonesia. Kali ini, pemerintah melalui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Karachi menyelenggarakan Conference and Exhibition on Indonesian Palm Oil (CEIPO) 2018 di Karachi, Pakistan, pada 6 September 2018. Kegiatan ini terdiri dari seminar dan pameran yang diselenggarakan secara bersamaan dalam satu hari dan mengundang pembicara serta perusahaan di sektor industri minyak kelapa sawit baik dari Indonesia maupun Pakistan. 

Dengan tema "Pakistan-Indonesia Collaboration on Palm Oil-based Industries", CEIPO bertujuan untuk memantik diskusi terkait pengembangan kerja sama di bidang industri minyak kelapa sawit antara Indonesia dan Pakistan. Kegiatan tersebut diharapkan semakin memperbanyak pertukaran gagasan terkait kemungkinan investasi bersama untuk menambah nilai dari produk minyak kelapa sawit ke depannya. *fjo/Se


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar