Ekonomi

Ekspor Oleng, Stok Minyak Sawit Malaysia Naik 43%

KUALA LUMPUR-Gonjang-ganjing pasar minyak sawit akibat berbagai persoalan telah menyebabkan stok minyak sawit Malaysia membengkak. Hingga bulan Juni 2018, stok itu meningkat 43% menjadi 2,19 juta ton.

Sisi lain, pasar semakin menyempit dengan pengenaan pajak tinggi yang dilakukan India, perang dagang Amerika Serikat-China yang berdampak kemana-mana, serta panen kedelai AS dan Brasil serta tren produksi dalam negeri yang meningkat.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di Malaysia. Untuk itu, Teresa Kok, Menteri Industri Primer Malaysia berusaha merayu China agar menjadikan Malaysia sebagai tujuan investasi mereka.

“Inilah yang kami fokuskan sekarang. Saya sedang mengerjakan beberapa Memorandum of Understanding (MoU), dan kami berharap menandatangani itu selama kunjungan yang akan datang.”

"Jika kami dapat meyakinkan mereka, prospek untuk paruh kedua tidak hanya terlihat bagus, tetapi kami dapat meningkatkan ekspor minyak sawit kami ke China," katanya.

Menurut Kok, pihaknya tidak hanya datang ke China untuk memperluas pasar bagi minyak sawitnya. Pasar lain yang sedang dijajaki kementeriannya adalah negara-negara di Benua Afrika, Filipina, Iran serta India.

Tentang kampanye hitam yang dilakukan Uni Eropa (UE) terhadap biodiesel yang berbasis kelapa sawit Malaysia, Kok menyebut, bahwa itu akan berusaha diatasinya saat kunjungannya ke Uni Eropa pada bulan Oktober.

Kata anggota Parlemen Seputeh ini, di bawah kepemimpinannya, kementerian juga akan berusaha keras memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan ‘cinta’ minyak sawit.

“Saya ingat dengan jelas, kampanye ini bukan hal baru. Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan yang lmaq, Tun Dr Lim Keng Yaik juga menghadapi tantangan yang sama. Dia selalu menjadi sasaran kampanye negatif dan berusaha membujuk UE untuk menyebarkan kebenaran tentang sawit Malaysia, industri minyak dan kayu, ” ujarnya.

Kampanye anti-sawit yang ditujukan untuk minyak sawit Malaysia ini pertama digalang petani kedelai Amerika Serikat tahun 1986. Kala itu mereka menghadapi masa depan suram karena minyak kelapa sawit. Saingan sawit, pengganti minyak kedelai itu dengan cepat mendominasi pasar minyak nabati Amerika.

Minyak sawit yang kaya gizi juga dijual dengan harga murah ketimbang minyak kedelai di pasar Amerika. Industri makanan, permen, dan pembuatan sabun Amerika menemukan harga yang lebih murah dan lebih baik dengaan minyak sawit.

Kondisi itu yang menyebabkan mereka anti sawit. Untuk menjelekkan minyak sawit, menurut Kok, perusahaan penghasil kacang kedelai di Uni Eropa menghabiskan US $ 600 juta tahun lalu.

Selain berupaya meluruskan informasi yang salah terhadap minyak sawit ini, kata Kok, kementeriannya juga mendorong petani kecil mematuhi standar Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) yang akan direalisasi tahun depan. ber/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar