Politik

Dollar AS Melemah, Harga CPO Diprediksi Naik di Akhir Tahun

Beberapa pekan ini harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit mengalami penurunan. Itu karena distimulasi tergerusnya harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar global. Kendati penurunan harga TBS itu belum signifikan, tetapi ini telah menyulut keraguan petani dan pemangku kepentingan sektor sawit. Mereka takut harga itu tidak terdongkrak naik. Menurut Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Fadhil Hasan, harga CPO tahun ini masih terbilang lebih baik. Sebab tren penguatan itu didorong kenaikan permintaan CPO Indonesia dari sejumlah negara, seperti India, Bangladesh, dan Pakistan. “Secara rata-rata, harga CPO tahun ini mencapai US$ 700 per ton. Malah harga CPO tahun depan yang masih sulit diprediksi. Itu karena pasar sangat dinamis. Apalagi ada saingan minyak nabati lain yang lebih murah,” katanya. Namun menurut ekonom Indef Bhima Yudistira, komoditas yang harganya bagus tahun ini adalah emas dan minyak sawit mentah (CPO). Perbaikan harga emas yang sudah terjadi sejak tahun 2016 terus berlanjut hingga tahun ini. Ini karena banyak investor menghindari dolar Amerika Serikat yang terus melemah. Beberapa bulan terakhir ini, mata uang Amerika Serikat itu mengalami pelemahan dari mata uang Euro dan Yen. “Investor merasa lebih aman menyimpan emas. Itu pe nyebab permintaan komoditas itu meningkat,” katanya. Untuk akhir tahun ini, harga berbagai komoditas utama di pasar global diprediksi naik 4-6% dari level saat ini. Dan kenaikan itu diprediksi akan berlanjut hingga  tahun depan. Meski, tingkat kenaikannya itu tidak signifikan. Kendati harga CPO masih fluktuatif, tetapi untuk tahun ini harganya terus mengalami perbaikan. Ini mendorong harga tandan buah segar (TBS) sawit. Saat ini, harga TBS di Kaltim sudah mencapai Rp 1.700-2.000 per kilogram, padahal tahun lalu hanya berkisar Rp 700 per kilogram. “Namun yang perlu diwaspadai, petisi biofuel dari Eropa dan AS. Ini hambatan dagang yang bisa mempengaruhi harga CPO ke depan. Kalau untuk komoditas lain sangat tergantung permintaan industri dan kinerja ekonomi negara konsumen,” katanya. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar