Industri

Inggris Resmi Cerai dari UE, Produsen Tunggu Kabar Baik CPO

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Emiten sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) merespons positif terkait kemungkinan Inggris akan menerima minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) asal Indonesia setelah resmi keluar dari Uni Eropa akhir Januari 2020.

Presiden Direktur Astra Agro Lestari, Santosa masih menantikan arah kebijakan Inggris terkait sawit Indonesia setelah diboikot Uni Eropa.

"Kita tunggu dulu secara real-nya nanti seperti apa. Harapannya memang begitu karena dengan resminya Brexit [keluarnya Inggris dari UE] seharusnya tidak lagi terikat oleh kebijakan Uni Eropa," kata Santosa, Senin (3/2/2020).

Namun, Santosa menilai, selama masa transisi selama 11 bulan, Inggris masih akan mengacu pada kebijakan perdagangan Uni Eropa (UE).

Karena itu, kata dia, saat ini, kebijakan yang akan mengakselesasi permintaan sawit Indonesia adalah mandatori biodisel 30 persen. Kebijakan ini dinilai mampu menyerap 10 juta ton sawit dan untuk kebutuhan bahan makan sebesar 9-10 juta ton.

"Maka kebutuhan dalam negeri saja sudah hampir 20 juta ton sendiri, sementara, sudah bertahun-tahun impor seluruh UE juga tidak bergeming dari 7 juta ton per tahun," ungkapnya.

Secara terpisah, dalam konferensi pers di Jakarta, Duta Besar Inggris Owen Jenkins sempat mengatakan di masa transisi, kerajaan masih menggunakan aturan Uni Eropa, namun, tak menutup kemungkinan, Inggris menerapkan aturan baru dalam berhubungan dengan mitra-mitranya, khususnya di bidang perdagangan.

Hal itu pun menjadi pertanyaan tentang bagaimana Inggris akan mengatur masalah perdagangan dengan Indonesia. Terutama dalam hal regulasi di sektor sawit.

"Inggris sadar pentingnya industri CPO bagi ekonomi Indonesia. Jadi kami yakin ini industri utama untuk Indonesia dan kami perlu perhatikan dengan baik," kata dia. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar