Industri

Masih Dikuasai Chevron, Transisi Blok Rokan Sulit Dilakukan

Ilustrasi pipa angguk. (Int)

JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina belum bisa masuk ke Rokan. Sebab, secara hukum peralihan operator baru bisa dilakukan setelah kontrak Chevron habis pada Agustus 2021. Hal ini membuat perusahaan migas nasional tersebut kesulitan untuk melakukan transisi.

"Karena secara hukum kita memang baru akan melakukan pengelolaan pada agustus 2021, konsesinya masih dimiliki Rokan saat ini," kata Nicke di Jakarta.

Menurutnya, rencana pengeboran 20 sumur untuk menahan laju penurunan produksi di Rokan masih tertahan, sebab masa transisi belum diterapkan. "Pengeboran 22 sumur tergantung nanti kita akan melakukan masa transisi tentu dengan pemerintah," ujarnya.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menambahkan, saat ini Pertamina sedang melakukan diskusi dengan Chevron agar bisa diberikan kesempatan untuk melakukan transisi dan melakukan kegiatan pengeboran, sebelum masa kontrak habis pada Agustus 2021.

"Pada intinya bahwa Pertamina terus melakukan diskusi proaktif ke Chevron. Untuk transisi secara smooth, diskusi terkait hal teknis. Misal pengeboran dan data yang bisa disampaikan," tandasnya.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, produksi minyak Blok Rokan merosot hingga 20.000 barel per hari, akibat tidak adanya investasi pengeboran tidak dilakukan sejak 2018.

"Karena tidak ada investasi pengeboran yang terjadi 2018-2019 lifting turun 20.000 barel per hari, cukup besar pengaruhnya," kata Dwi di Jakarta.

Dwi mengungkapkan, transisi antara Pertamina sebagai operator Rokan setelah kontrak Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada 2021 sangat penting agar Pertamina bisa lebih cepat melakukan kegiatan pengeboran untuk menjaga tingkat produksi.

"Transisi rokan isu penting, kalau Rokan transisi tidak bisa terselesaikan dengan baik liftingnya yang jadi masalah utama Indonesia," tuturnya.

Awal tahun 2019, produksi Blok Rokan mencapai 207.000 barel per hari (bph) atau setara dengan 26 persen produksi nasional. Blok yang memiliki luas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan, di mana tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.

Tercatat, sejak beroperasi 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel minyak sejak awal operasi. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar