Ekonomi

Rupiah Melemah ke Rp13.669 Per Dolar AS

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Int)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah berada di Rp13.669 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (21/1/2020) sore. Mata uang Garuda itu melemah sebesar 0,22 persen dibandingkan nilai pada penutupan perdagangan pada Senin (20/1/2020).

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.658 per dolar AS atau melemah dibandingkan posisi Senin (20/1/2020) yakni Rp13.654 per dolar AS.

Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Tercatat, won Korea melemah 0,78 persen, yuan China 0,53 persen, dan ringgit Malaysia 0,38 persen.

Selanjutnya, dolar Singapura melemah 0,24 persen, lira Turki 0,20 persen, dolar Taiwan 0,13 persen. Diikuti, baht Thailand yang melemah 0,11 persen.

Selain itu, rupee India turut melemah 0,11 persen, peso Filipina sebesar 0,10 persen, disertai dolar Hong Kong yang melemah 0,04 persen. Sementara, penguatan hanya terjadi pada yen Jepang sebesar 0,19 persen terhadap dolar AS.

Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar terpantau melemah terhadap dolar AS. Dolar Kanada melemah 0,22 persen, dan dolar Australia sebesar 0,32 persen, diikuti euro yang melemah 0,04 persen. Hanya poundsterling Inggris yang menguat tipis 0,03 persen terhadap dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah hari ini disebabkan oleh sentimen negatif dari kekhawatiran munculnya virus corona di China.

"Ada kekhawatiran munculnya virus corona di Cina menjadi sentimen negatif pelemahan rupiah hari ini," tutur Ibrahim, Selasa (21/1/2020).

Menurut Ibrahim, laporan terakhir menyebut ada bukti penularan virus melalui manusia. Diyakini, virus tersebut dapat menular dari manusia ke manusia lain, ketika korban kematian keempat akibat penyakit tersebut telah dikonfirmasi.

Wabah penyakit yang telah menyebar dari pusat kota Wuhan, China disebut-sebut masih dalam tahap awal penyebaran. Pasalnya, virus tersebut muncul tepat sebelum musim puncak liburan Tahun Baru Imlek, yang berpotensi meningkatkan risiko penyebaran lebih jauh.

Ibrahim juga menyebut sentimen negatif lainnya juga muncul dari prediksi IMF terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

"IMF menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3 persen, turun dari 3,4 persen pada bulan Oktober," jelasnya.

Lebih lanjut, Ibrahim memprediksi rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp13.650 hingga Rp13.700 pada perdagangan Rabu (22/1) esok hari. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar