Ekonomi

Banjir Seret Rupiah ke Rp13.893 per Dolar AS

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Int)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah berada di Rp13.893 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (2/1/2020) sore. Posisi tersebut melemah sebesar 0,22 persen dibandingkan nilai pada penutupan perdagangan pada Selasa (31/12/2019), Rp13.866 per dolar AS.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.895 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi Selasa (31/12/2019), yakni Rp13.901 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.879 hingga Rp13.902 per dolar AS.

Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Tercatat, won Korea melemah 0,30 persen, dolar Taiwan 0,29 persen, dan lira Turki melemah sebesar 0,18 persen.

Selanjutnya, rupee India juga terpantau melemah 0,15 persen, dolar Singapura melemah 0,14 persen, peso Filipina keok 0,12 persen, diikuti yen Jepang yang melemah tipis 0,3 persen terhadap dolar AS.

Sementara itu, penguatan terjadi pada baht Thailand sebesar 0,23 persen, ringgit Malaysia sebesar 0,06 persen, dan yuan China yang menguat tipis 0,01 persen terhadap dolar AS.

Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar terpantau melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris dan juga dolar Australia sama-sama melemah sebesar 0,20 persen, euro 0,03 persen. Penguatan hanya terjadi pada dolar Kanada sebesar 0,10 persen terhadap dolar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah disebabkan oleh sentimen banjir yang kini melanda kawasan Jabodetabek.

Menurut Ibrahim, banjir memiliki dampak terhadap keaktifan pelaku pasar.

"Para pelaku pasar belum aktif. Itu bisa terlihat dari hasil perdagangan DNDF. Sedikit sepi peminat, dan itu tercermin dari fluktuasi harga, dan pelaku pasar yang enggan melakukan pembelian, bahkan sebaliknya, melakukan profit taking," kata Ibrahim, Kamis (2/1/2020).

Kendati demikian, Ibrahim menyebutkan terdapat sentimen positif yang datang dari sisi eksternal dan internal. Dari sisi internal, rupiah mendapatkan sentimen positif dari inflasi yang terkendali.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi di 2019 hanya 2,72 persen. Angka tersebut menjadi yang terendah sejak tahun 1999.

"Namun inflasi tersebut tidak serta-merta membawa mata uang garuda kembali menguat," tuturnya.

Dari sisi eksternal, Ibrahim menyebutkan optimisme pasar atas kesepakatan dagang antara AS dan China.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Selasa (31/1/2020), bahwa fase pertama dari kesepakatan perdagangan AS dengan China akan ditandatangani pada 15 Januari 2020 di Gedung Putih.

Lebih lanjut, Ibrahim memprediksi rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp13.863 hingga Rp13.910 per dolar AS pada perdagangan Jumat (3/1/2020) besok. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar