Ekonomi

Riau Ingin Jadi Garda Depan B30

B30. (Int)

PEKANBARU - Di tengah semangat meningkatkan konsumsi minyak sawit dalam negeri. Provinsi Riau berkeinginan menjadi area pilihan pengembangan biodiesel untuk segala tingkatan.

Menurut Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau, Indra Agus Lukman, saat ini seluruh pemangku kepentingan di Riau sedang memperjuangkan nilai tambah dari keberadaan Kelapa Sawit.

"Kita ingin melalui Kementrian ESDM dan SKK Migas nantinya project percontohan biodiesel 30 persen atau B30 hingga B100 itu maunya dilaksanakan di Riau. Karena Riau siap untuk bahan mentahnya baik Migas maupun Kelapa Sawit," jelasnya di Pekanbaru, Senin (25/11/2019).

Dia menambahkan, sokongan kelapa sawit di Riau yang mencapai 40 persen dari pasokan nasional, merupakan salah satu modal dalam upaya menjadikan Riau pilot project biodiesel di Tanah Air. Terlebih, di Riau juga terdapat sejumlah kawasan pertambangan minyak. Salah satunya Blok Rokan yang mampu memproduksi minyak bumi kurang dari 200 ribu barel per hari.

"Program biodiesel itu kan bisa dikatakan program strategis negara. Penggunaanya dapat mengurangi beban subsidi energi. Kalau Riau siap dengan yang dimiliki kan tidak ada salahnya kita ingin jadi pilot project," tambahnya.

Adapun istilah B30 dan tingkatanya populer belakangan ini. Istilah tersebut merujuk bahan bakar campuran minyak solar dengan 30 persen minyak sawit (tergantung persentasenya). Berdasarkan keterangan Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian ESDM, penerapan B30 bisa mengurangi impor solar sebesar Rp70 triliun. Dengan asumsi jumlanya mencapai 8-9 juta kiloliter. Saat ini pemerintah telah melakukan uji coba penerapan B30 tersebut.

"Intinya kita terbuka untuk kerjasama kearah situ. Ini sejalan dengan keinginan Riau melakukan hilirisasi kelapa sawit," tekannya. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar