Ekonomi

Kinerja Ekspor Minyak Sawit Mulai Membaik

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, volume ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya sepanjang Januari—Juli 2019 mencapai 19,76 juta ton atau naik 6,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Secara bulanan, volume ekspor minyak sawit dan produk turunannya pada Juli 2018 melonjak 15,6 persen dibandingkan dengan Juni 2019 atau naik dari 2,52 juta ton menjadi 2,91 juta ton.

Direktur Eksekutif Gapki, Mukti Sarjono mengatakan, ekspor biodiesel memberikan kontribusi paling besar terhadap kenaikan volume ekspor bulanan minyak kelapa sawit dan produk turunannya pada Juli 2019.

Tercatat, volume ekspor bulanan biodisesel naik 93 persen dari menjadi 187.000 ton pada Juli 2019 dari bulan sebelumnya.

Kenaikan pada periode tersebut tersebut diikuti oleh kenaikan ekspor minyak sawit kelapa mentah (crude palm oil/CPO) sebesar 56 persen menjadi 678.000 ton, minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) baik mentah maupun olahan sebesar 11,2 persen menjadi 129.000 ton, dan minyak olahan kelapa sawit baik padat maupun cair sebesar 5,5 persen menjadi 1,7 juta ton.

Satu-satunya produk turunan minyak kelapa sawit yang mengalami penurunan volume ekspor bulanan adalah oleokimia yang turun 18 persen menjadi 219.000 pada Juli 2019.

“Penyakit flu babi Afrika menurunkan crushing kedelai di China yang berdampak pada peningkatan impor minyak kelapa sawit dan produk turunannya dari Indonesia hampir 50 persen dari Juni 2019,” kata Mukti, Selasa (17/9/2019).

Lebih lanjut, Mukti menjelaskan peningkatan volume ekspor terbesar minyak kelapa sawit dan produk turunannya dari Indonesia terjadi di Bangladesh sebesar 264 perse, India sebesar 77 persen walaupun terdapat diskriminasi tarif, Afrika sebesar 32 persen, negara-negara lain kecuali Uni Eropa (UE) sebesar 41 persen dan terakhir EU sebesar 17 persen.

Namun, peningkatan volume ekspor tersebut tak diikuti oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di Timur Tengah. Tercatat volume ekspor bulanan minyak kelapa sawit dan produk turunannya dari Indonesia turun masing-masing 54 persen dan 43 persen.

Mukti mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera meningkatkan produktivitas, melakukan efisiensi produksi agar biaya produksi bisa ditekan sehingga minyak kelapa sawit dan produk turunannya dari Indonesia bisa semakin kompetitif.

“Indonesia perlu segera merumuskan mekanisme yang memungkinkan pengaturan stok dan pasokan ke pasar dunia agar bisa menentukan harga yang terbentuk di pasar,” tegasnya. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar