Ekonomi

Lawan Uni Eropa, RI Berburu Sekutu Sampai AS Demi Biodiesel

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Pemerintah RI sedang berupaya untuk mencari dukungan-dukungan internasional untuk penggunaan minyak kelapa sawit sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biodiesel.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Arcandra Tahar menuturkan, beberapa organisasi energi dunia sudah menyatakan dukungannya terhadap kebijakan Indonesia yang terus mendorong penggunaan Biodiesel, seperti International Energy Agency (IEA), The International Renewable Energy Agency (IRENA). 

Bahkan, kata Arcandra, dirinya juga berbicara dengan pemerintah Amerika Serikat.

"Kami dalam rangka bukan cari musuh. Nah ini strategi saya cari alliance atau sekutu. At least saya dapatkan dukungan dari IEA, IRENA, dan AS. Ini usaha aktif kami," kata Arcandra di Jakarta.

Lebih lanjut, Arcandra mengatakan, upaya ini dilakukan untuk mencari pasar baru produk minyak kelapa sawit di luar negeri. Ia pun mengklaim, ketiga pihak tersebut telah mengakui dan mendukung kebijakan pemerintah Indonesia yang terus mendorong penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi. 

"Ya boleh, punya kesempatan ekspor," ujarnya.

Kendati demikian, tambah Arcandra, pemerintah tidak akan terburu-buru untuk mengejar konsumen potensial di luar negeri. Menurutnya, masih ada beberapa aspek yang harus dikaji dan dipersiapkan, misalnya aspek teknologi yang harus bisa kompetitif, dan aspek komersial.

"Dan dukungan negara yang bisa lihat biosolar, FAME ini bisa jadi komponen green energy. Ini cari dukungan dan kita punya kepentingan untuk biodiesel. FAME, green diesel ini agar bisa diterima green energy," pungkas Arcandra.

Memang, adanya kebijakan Uni Eropa (UE) yang akan mengurangi penggunaan minyak sawit dimulai pada 2024 dan pelarangan penggunaan total pada tahun 2030 membuat produk sawit Indonesia mengalami kesulitan.

Paling tidak ada 28 negara UE yang memasukkan minyak sawit sebagai kategori tidak berkelanjutan sehingga tidak bisa digunakan untuk biodiesel. UE menyoroti masalah deforestasi alias perusakan hutan akibat adanya budidaya sawit yang masif. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar