Ekonomi

Negara Produsen CPO Harus Lawan Diskriminasi UE

Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan. (Int)

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Luhut Binsar Pandjaitan mengajak negara-negara Afrika produsen CPO, seperti Nigeria untuk ikut serta melawan praktik diskriminasi yang dilakukan oleh Uni Eropa (UE). 

Hal itu disampaikannya dalam forum Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) di Nusa Dua, Bali pada 20—21 Agustus 2019.

“Kami sudah bertemu dengan beberapa negara, termasuk Nigeria yang menjadi produsen CPO. Kami akan ajak mereka ramai-ramai lawan UE. Kita bawa spirit Asia-Afrika dalam kasus ini,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani mengatakan, dia memahami pemerintah berusaha melakukan pembelaan terhadap CPO dengan melakukan gertakan kepada UE.

Namun dia melihat, untuk pengalihan impor produk susu pemerintah harus memastikan tidak berdampak negatif kepada industri dalam negeri.

“Akan tetapi untuk peralihan pemesanan pesawat dari Airbus ke Boeing saya rasa tidak masalah. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kualitas produk penggantinya nanti,” ujarnya.

Di sisi lain, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan P Roeslani meminta, pemerintah berkomunikasi dengan seluruh pelaku usaha di Indonesia mengenai rencana pengalihan impor sejumlah produk dari UE, termasuk pesawat terbang. Pasalnya, setiap pengusaha memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

“Kita harus lebih dahulu melihat, mana saja produk dari kedua produsen pesawat itu yang sesuai dengan negara kepulauan seperti kita. Jangan sampai kita sudah menentukan satu merek, tetapi spesifikasinya berbeda dengan yang kita butuhkan di kontur wilayah RI,” ujarnya.

Pengamat Penerbangan Indonesia Aviation Center Arista Atmadjati mengaku memaklumi upaya pemerintah RI dalam upayanya mengalihkan order pesawat terbang dari Airbus ke Boeing.

Hal itu menurutnya, menjadi hal yang wajar dalam kebijakan perdagangan, terutama setelah CPO RI terus dihambat oleh UE.

“Namun, yang perlu dicatat pemerintah, Boeing ini sedang bermasalah di beberapa produknya, seperti Boeing 737 Max dan 787 Dreamliner. Mereka ini sedang disorot oleh beberapa negara karena sejumlah kesalahan produksinya dan Boeing pun mengakuinya,” ujarnya.

Dia mengatakan, produk Airbus selama ini dikenal irit dalam konsumsi bahan bakarnya. hal itu menjadi salah satu daya tarik bagi beberapa maskapai untuk menggunakan pesawat dari Perancis tersebut.

Untuk itu, dia menyarankan Indonesia dapat tetap melakukan pengalihan pemesanan dari Airbus ke produk buatan Brasil yakni Embraer. Dia mengatakan, kendati baru mampu membuat produk pesawat narrow body, dari sisi kualitas dan harga, pesawat buatan Brasil tersebut cukup mumpuni. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar