Ditekan Uni Eropa Soal Sawit

RI Ancam Setop Impor Airbus dari UE

Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita. (int)

JAKARTA - Indonesia meningkatkan tekanannya kepada Uni Eropa dengan berencana mengalihkan impor pesawat terbangnya dari Airbus ke Boeing.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, hal itu dilakukan setelah Uni Eropa (UE) terus menerus mempermasalahkan dan menghambat impor produk minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya asal Indonesia.

Dia mengatakan setelah mengalihkan permintaan terhadap minuman beralkohol, buah-buahan dan produk susu dari UE, Indonesia siap menambahnya dengan produk pesawat terbang.

“Saya setuju, kita akan alihkan pemesanan pesawat dari Airbus ke Boeing. Saya sudah sampaikan ke Pak Rusdi Kirana dan dia sepakat. Kita sebagai bangsa tidak bisa diperlakukan seperti ini secara terus-menerus oleh UE,” ujarnya.

Dia mengatakan, beruntunnya serangan UE terhadap CPO asal RI, membuktikan bahwa blok negara Eropa tersebut berupaya melakukan aksi proteksionisme. Dia menyebutkan, UE sengaja menghambat impor CPO karena ingin melindungi produk minyak nabati domestiknya.

Hal itu menurutnya, diperkuat oleh kebijakan UE yang berkali-kali menerapkan hambatan impor menggunakan isu lingkungan. Sementara itu, baru-baru ini biodiesel asal RI dianggap memberlakukan subsidi dalam proses produksi dan ekspornya ke UE. 

“Kita harus kasih sinyal kuat, kalau RI juga bisa melakukan hambatan atas impor produk UE. Sebab mereka yang memulai langkah proteksionisme terlebih dahulu,” lanjutnya.

Namun demikian, dia mengatakan proses pengalihan pemesanan pesawat terbang maskapai Indonesia dari Airbus ke Boeing akan lebih dahulu dibicarakan kepada seluruh pihak yang terkait

Dia ingin meyakinkan para pelaku dan pihak yang terkait di sektor tersebut, bahwa langkah itu merupakan upaya perlawanan RI terhadap sikap UE.

Menteri Enggar menambahkan, dalam waktu dekat fokus Indonesia untuk melakukan pengalihan impor dari UE akan diterapkan pada produk susu dan buah-buahan.

Dia mengaku telah berkomunikasi dengan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) terkait dengan kemungkinan mengalihkan impor produk jadi dari produk susu serta buah-buahan dari UE menuju ke Amerika Serikat, Australia dan negara produsen lain.

“Kami sudah bicara dengan pengusaha makanan dan minuman untuk alihkan impornya dari UE. Kami pada dasarnya tidak melarang impor dari UE, kami hanya menyarankan alihkan impornya dari kawasan tersebut. Pengusaha pun setuju,” katanya.

Dia mengatakan, selain industri pesawat terbang, industri pertanian Benua Biru akan terpengaruh oleh kebijakan Indonesia tersebut. Pasalnya, dengan adanya pengalihan impor produk susu dan buah-buahan dari UE, petani dan peternak di kawasan itu akan mengalami kendala dalam memasarkan produknya.

Adapun, berdasarkan data dari Trademap, nilai impor buah-buahan Indonesia dari UE pada tahun lalu mencapai US$5,18 juta. Sementara itu, nilai impor produk susu RI dari UE pada 2018 lalu mencapai US$317,75 juta. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar