Industri

Investasi Industri Gula Terganjal Ketersediaan Lahan

Sejumlah pekerja memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula. (Int)

JAKARTA - Investasi pada industri gula masih memiliki prospek yang baik di tengah meningkatnya konsumsi dalam negeri. Kendati demikian, persoalan lahan untuk pengembangan kebun serta pabrik menjadi salah satu batu sandungan yang menjadikan perkembangan investasi tak tumbuh pesat.

"Peminat investasi industri gula itu sebenarnya banyak sekali, tapi permasalahannya lahan. Dalam 10 tahun terakhir ini faktor lahan menjadi penghambat," kata Asisten Deputi II Bidang Pangan Kementerian Koordinator Perekonomian RI, Darto.

Menyitir data Direktorat Jenderal Perkebunan, sekitar 63 persen lahan perkebunan tebu dengan luas 291.752 hektare (ha) berlokasi di Pulau Jawa. Dari total 61 pabrik gula yang tercatat sampai 2015, sebanyak 78,8 persen berlokasi di pulau terpadat tersebut dengan kapasitas produksi 146.270 TCD atau 58.3 persen dari kapasitas nasional.

Darto menyebutkan bahwa industri gula di Pulau Jawa tak lagi kompetitif. Hal ini tak lepas adanya kompetisi penggunaan lahan untuk perkebunan tebu dan aktivitas bisnis yang lain yang sangat tinggi, serta biaya investasi yang besar lantaran dana untuk sewa lahan yang terbilang tak kecil.

Investasi di luar Pulau Jawa pun terbilang tak mudah. Lahan yang memiliki potensi sebagai kebun tebu baru, kata Darto, banyak yang berstatus kawasan hutan di mana pembukaan lahan baru tidak diperkenankan. Adapun untuk luasnya, kata Darto, mencapai 9 juta hektare yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Salah satu lahan yang diharapkan dari kawasan hutan. Kalau ada semacam peminjaman kawasan hutan untuk kebun tebu dan dipayungi regulasi kemungkinan bisa, tapi bukan kawasan hutan, lebih ke kawasan hutan telantar," jelasnya. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar