Industri

2030, Limbah POME Indonesia Mencapai 130 Juta Ton

JAKARTA-Limbah proses produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari industri kelapa sawit Indonesia yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent), pada tahun-tahun mendatang akan semakin tinggi dan berbahaya.  

Pemerintah memproyeksikan, limbah POME yang berbahaya bagi lingkungan akan mencapai 130 juta ton di tahun 2030. Meminimalisir, limbah ini, pemerintah sedang mengkaji penggunaan Teknologi Novel Algae (ganggang).
 
Sebab itu, penggunaan limbah sawit sebagai media pengembangbiakan Novel Algae atau ganggang ini disebut dapat menghasilkan asam lemak esensial DHA (dokosaheksaenoat) yang berkualitas dengan harga tinggi, seperti bahan baku suplemen Omega 3 serta pakan ikan.

Dikatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini untuk menjawab empat isu sekaligus, yakni investasi untuk pengolahan limbah di industri sawit dan ekspor produk sampingan dari hasil pengolahan limbah berupa DHA dan Omega 3.

Dua lainnya yakni penyelesaian masalah limbah secara berkelanjutan, serta peningkatan skala perekonomian di daerah-daerah produsen sawit yang menerapkan prinsip Palm 5.0 ini.

"Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efisiensi, tapi perkebunan kita saat ini masih di fase industri 2.0. Pabrik-pabrik kelapa sawit di Indonesia hari ini memproduksi sekitar 455.000 ton POME per hari. Ini adalah limbah besar yang membebani lingkungan, belum lagi CO2 dan efek berbahaya lainnya. Kami menyambut dukungan setiap lembaga untuk mengembangkan Palm 5.0 ini demi kebaikan dunia dan lingkungan, juga industri kelapa sawit," jelasnya.

POME ini dikatakan Darmin, menghasilkan polusi gas metana dengan bobot setara 27 kali karbon dioksida (CO2). Hal ini turut berdampak pada perubahan iklim.

"Paradigma baru dalam industri sawit yang kita namakan Palm 5.0, salah satunya melalui penerapan Teknologi Novel Algae ini, dapat memberikan keuntungan finansial dan lingkungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan prinsip-prinsip perkebunan sawit kita saat ini," kata Darmin dalam sambutannya di Biobased (Circular) Economy Investment Forum, Jumat, 24 Mei 2019.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, ada setidaknya tiga perusahaan sawit RI yang tertarik menerapkan teknologi ini dalam waktu dekat, antara lain PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) dan PT Cargill Indonesia.(rdh/net) 
 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar