Ekonomi

Harga CPO Makin Menyusut

JAKARTA- Banjir pasokan yang diprediksi masih tinggi membuat harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO), pada perdagangan Jumat, 3 April 2019 pagi semakin menyusut. Padahal sehari sebelumnya, harga komoditas unggulan Malaysia dan Indonesia ini amblas hingga 2,15 persen.    
Sebagai informasi, karena produksi yang meningkat sepanjang tahun, posisi stok minyak sawit Malaysia pada akhir Desember 2018 mencapai 3,21 juta ton atau tertinggi sejak 19 tahun lalu.

Hal itu pula yang menjadi dalang koreksi harga CPO sebesar 16% sepanjang tahun 2018.

Harga CPO kontrak pengiriman Juli di Bursa Malaysia Derivatives Exchange, pada pukul 10.00 WIB anjlok hingga 1,07 persen menjadi tinggal MYR 2.028 per-ton.

Pada bulan Maret 2019, stok minyak sawit memang sudah berkurang 4% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/MoM) menjadi 2,91 juta ton. Akan tetapi posisinya masih lebih tinggi dibanding Maret 2018 yang sebesar 2,33 juta ton.

Perkembangan terbaru, dua surveyor kargo (AmSpec Agri Malaysia dan Societe Generale de Surveillance) mengatakan ekspor minyak sawit Malaysia bulan April hanya naik sekitar 0,5%-2% MoM. Bahkan satu surveyor (Intertek Testing Services) mengatakan ekspor pada bulan April tidak meningkat alias stagnan dari bulan sebelumnya.

Alhasil pelaku pasar memprediksi stok akan naik lagi. Beban harga CPO pun bertambah.

"Produksi tidak turun, dan permintaan juga tidak terlalu bagus. Ada kekhawatiran inventori akhir bulan tidak berkurang," ujar pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.

Tahun ini tampaknya permintaan sawit masih cenderung lemah. Pasalnya, dampaknya perlambatan ekonomi dunia masih terasa.

Kemarin, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur India periode April versi Nikkei dibacakan hanya sebesar 51,8. Meski angka di atas 50 berarti masih ada ekspansi, namun nilainya turun dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 52,6. Selain itu capaian bulan April masih lebih rendah dibanding prediksi konsensus yang sebesar 52,5 , mengutip Trading Economics.

Seperti yang telah diketahui, India merupakan importir minyak sawit terbesar di dunia. Minyak sawit banyak digunakan untuk berbagai industri di India, seperti industri makanan, kosmetik, dan farmasi. Aktivitas industri yang mengendur tentu saja akan berdampak pada pertumbuhan permintaan yang lemah.

Wajar saja apabila pelaku pasar takut akan banjir pasokan terjadi lagi pada tahun ini. Pasalnya produksi minyak sawit tahun ini terpantau lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Sepanjang kuartal I-2019, Malaysia telah memproduksi CPO sebanyak 4,95 juta ton, naik 10% dibanding kuartal I-2018 yang sebesar 4,50 juta ton.(rdh/net)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar