Ekonomi

Ekspor Kalah Saing, Harga CPO Terpuruk.

JAKARTA-Ekspor minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) kalah saing dari kedelai, membuat harga CPO terpuruk.  

Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) anjlok pada perdagangan Rabu, 24 April 2019 siang, menyusul kekhawatiran pelaku pasar akan penurunan permintaan.

Pada pukul 11:30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juni di bursa Malaysia Derivatives Exchange terperosok hingga 1,2% ke posisi MYR 2.144/ton, setelah ditutup melemah 0,09% pada hari Selasa (23/4/2019).

Selama sepekan, harga CPO sudah turun 2,77% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun masih tercatat menguat 1,08%.

Malam kemarin, Uni Eropa mengumumkan nilai impor minyak sawit periode 1 Juli 2018 - 21 April 2019 sebesar 5,2 juta ton, yang mana sama dengan periode yang sama satu tahun sebelumnya. Disamping itu, impor kedelai pada periode tersebut naik 10% menjadi 11,8 juta ton.

Artinya permintaan minyak sawit, terbilang stagnan . Tak ada pertumbuhan permintaan. Kampanye negatif atas sawit yang sudah merebak di Eropa sejak tahun lalu diduga membuat minyak sawit kalah dengan saingan-saingannya.

Buktinya impor kedelai masih bisa meningkat, yang menandakan kebutuhan minyak nabati masih tumbuh di Benua Biru. Sebagai informasi, minyak kedelai merupakan produk substitusi dari minyak sawit yang saling memperebutkan bagian di pasar minyak nabati global.

Apalagi diketahui bahwa Uni Eropa merupakan importir minyak sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2018, jumlah impor CPO uni Eropa mencapai lebih dari 3 juta ton, hanya kalah dari India yang lebih dari 7 juta ton.

Terlebih penggunaan minyak sawit sebagai campuran bahan baku biosolar di Uni Eropa sudah mulai dikurangi.

Pada bulan Maret, Komisi Eropa telah memutuskan untuk menghapus secara bertahap penggunaan bahan bakar nabati/BBN (biosolar) berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) hingga 2030.

Dengan begitu, permintaan minyak sawit dari Uni Eropa juga akan terganggu. Meskipun peraturan tersebut belum berlaku sepenuhnya dan masih melalui proses uji coba, namun importir akan mengambil langkah yang konservatif.

"Negara-negara Eropa bisa memperketat impor minyak sawit," kata pialang di Kuala Lumpur yang biasa memasok minyak sawit ke eropa, mengutip Reuters. "importir tampaknya akan enggan untuk mengambil risiko."

Selain itu pelaku pasar juga masih menanti hasil rekap produksi, ekspor, dan stok akhir minyak sawit Malaysia periode April.

Sejauh ini beberapa investor memandang produksi meningkat hingga 2%-5% sepanjang bulan April.

Bukan kabar yang baik di saat dua surveyor kargo mengatakan bahwa peningkatan ekspor periode 1-20 April hanya meningkat 1,5%-2,2%. Bahkan satu surveyor kargo mencatat adanya kontraksi ekspor sebesar 1,8% pada periode tersebut.

Bila stok meningkat pesat di bulan April, maka sulit untuk membayangkan keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) akan menjadi kurus. Alhasil pelaku pasar banyak melepas kontrak sawit guna menghindari kerugian yang besar.(rdh/cnbc)
 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar